Kamis, 09 Agustus 2012

kata maaf untuk manda


KATA MAAF UNTUK MANDA

          Sore itu, aku masih duduk di sebuah kursi tua di tepi danau cinta.  Aku tak tau nama danau itu, akan  tetapi karena bentuk danau itu menyerupai hati, maka kuberi nama danau itu danau cinta.  Danau ini tidak terlalu luas, namun tentu saja lebib luas dari kolam ikan yang ada di depan rumahku.  Di tempat inilah,  aku biasa menghabiskan waktu senja.  Ibuku selalu melarangku untuk pergi ke danau ini.  Konon katanya danau ini ada penunggunya.  Memang, aku sering merasa hawa yang aneh saat aku berada di sekitar danau ini,  namun hal ini kuanggap biasa saja.  Danau ini memang sering berkabut,  itulah sebabnya muncul cerita-cerita aneh tentang danau ini.  Sebenarnya kalau diperhatikan danau ini punya daya tarik tersendiri jika pandai memanfaatkannya.  Jujur, setiap aku pulang dari danau ini perasaanku yang tadinya kacau,  berangsur-angsur menjadi tenang, seolah-olah danau ini menyerap hawa negative dari diriku. 
            Mentari berangsur-angsur tenggelam.  Namun, aku masih tetap duduk di kursi ini.  Tanganku masih erat memegang secarik kertas berwarna merah muda itu.  Ini untuk kesekian kalinya aku membaca kertas ini.  Sebagian kata-katanya telah pudar, namun masih bisa dibaca.  Awalnya aku tak mengerti mengapa ia memberikan surat ini padaku, namun seiring berjalannya waktu aku tau apa maksud dari surat ini .





Dear Manda,

Saat aku telah tiada berjanjilah padaku,
Kau tidak akan pernah menghilangkannya dari wajahmu
Kau cantik saat tersenyum
Dan itu yang membuatku selalu mencintaimu
Aku tak ingin buat kau bersedih
Aku akan selalu ada di sampingmu
Meski ragaku tak bersamamu
Yakinlah
Aku akan selalu menjagamu dari atas sana
Percayalah kita akan bertemu di surga
Kita akan bahagia disana
                                                                       
                                                                    Love     
                                                             
                                                                    Raka

                                                                       Raka
 











Aku, Teressia Manda.  Sekarang aku tengah duduk di bangku kelas 3 SMA.  Saat –saat yang tepat utnuk merasakan cinta.  Namun,  hal ini tak berlaku bagiku, sejak kejadian itu, kehidupanku berubah.
            Satu tahun yang lalu………………
Ini adalah sekolah baruku.  Orang tuaku baru saja pindah tugas ke Bogor, tentu saja aku ikut dengan kedua orang tuaku.  Lagi pula,  aku tidak mempunyai saudara di Jakarta.
“Selamat pagi semua, perkenalkan namaku  Teressia Manda,  kalian bisa panggil Manda.  Aku murid pindahan dari Jakarta.  Aku harap kita bisa berteman dan mohon bantuannya.  Tepuk tangan mengiringi langkahku menuju meja.  Aku duduk di… sebelah laki-laki tampan.  Kulitnya putih , hidungnya mancung, tinggi.  Aku tak habis pikir,  masih ada ya laki-laki setampan dia di kota kecil ini.
            “Hai……. Namaku  Manda, kalau kamu,” aku berusaha untuk berkenalan dan bersikap manis padanya,” Panggil aku Raka,” jawabnya dingin tanpa menoleh sedikitpun kearah ku.  Huft… sombong sekali cowok ini.  Diajak kenalan nggak mau.  Kalau nggak ingat dia itu tampan, hmm…. Dah habis dia tu.
Ngomong-ngomong, aku  bicaranya terlalu formal ya.  Ok,  sekarang aku akan berbicara layaknya remaja umumnya.
            Selama 3 jam pelajaran ini aku memperhatikan guru menerangkan tentang pendudukan Belanda di Indonesia.  Sekarang adalah waktunya pelajaran sejarah.  Sejarah termasuk pelajaran favoritku,  sesekali jika ada hal-hal penting aku langsung mencatatnya.  Bel istirahatpun berbunyi.  Karena perutku sudah keroncongan, aku ingin cepat-cepat sampai di kantin.  Namun, kulihat Raka tetap di kelas, duduk rapi di bangkunya dan membaca sebuah novel.  Cowok ini memang benar-benar cowok langka. Udah jarang banget gitu ya di Indonesia, cowok tampan , cool and suka baca novel. Ckckck , pokoknya aku harus bisa deket sama dia .
  “Raka, lo gak jajan,”tanyaku.
“Buat apa lo urusin urusan yang mestinya gak loe urus.  Dan satu lagi jangan bersikap sok manis di depan gue,” jawabnya ketus.
Seketika itu juga emosiku naik, harga diriku serasa diinjak-injak.
“bukk…tanganku memukul meja dengan kerasnya, sehingga seisi kelas melihatku, tapi aku tak peduli, aku sudah terlalu sakit hati dengan makhluk ini.
“heh, lo dengar ya, gue gak minat juga urusin urusan lo.  Gue Cuma nanyakan, emangnya salah?.  Jangan mentang-mentang lo  tu cakep, lo bisa bentak-bentak orang seenaknya.  Orang kayak lo ne mestinya gak ada di bumi ini, bikin rusuh aja.  Dan satu hal lagi, gue pengen berteman sama lo.  Tapi , lo gak pernah menghargain gue,” bentakku.
“Ooo…..jadi lo mau di hargain, berapa? Dua puluh ribu? Nich …ambil, kalau kurang bilang aja cemeehnya.
Plaak….
Sebuah tamparan indah melekat di pipi, mulusnya sebelah kiri
“Ini buat omongan lo yang kurang ajar tadi,” setelah itu aku pergi ke kantin.
Saat kembali ke kelas, suasana hatiku masih panas.  Apalagi saat bertemu dengan si cowok sok cakep ini.  Ingin rasanya aku pulang, daripada disini, atmosfernya ga enak.  Selama pelajaran berlangsung, tak satupun materi dari guru yang bisa kuserap. Tapi aku tetap memperhatikan guru saat menerangkan.
Teeettt……..
Bel berbunyi, pertanda  pelajaran  telah berakhir dan waktu pulang telah menanti.  Akhirnya, aku bebas dari neraka ini.  Kurapikan buku-buku yang tadinya berantakan di atas meja.  Setelah ini berdoa dan mengucapkan salam pada guru.
Tiba-tiba, sebuah tangan menarikku, reflex ku melihat ke belakang.  Nah , ni cowok benar-benar cari mati ya,  Jelas-jelas aku lagi marah ama dia , eh, dia lancang megang tanganku.
“ Eh, lepasin donk, gue mau pulang, atau lo mau  gue tampar lagi, tantangku.
“Gak kok, aku Cuma mau ngomong sama kamu aja, berdua, “ tuturnya.
What’s…..???  apa tadi aku –kamu.  Kena angin apa ni orang ? Perasaan hari ini cerah-cerah aja.  Hujan gak ada, awan hitam juga nggak, petir juga nggak kedengaran, apalagi badai.  Ne orang benar-benar aneh ya.  Tadi ngehina sekarang baik-baik , kesambet mungkin ya…
“ Mau ngomong apa ? cepetan, gue nggak punya waktu ! lima menit!!!!!!!
Dia tetap diam, tak bergeming sedikitpun, aku mulai kesal karena dari tadi dia hanya diam.
“ Lo tu mau ngomong apa sih…? Kalo lo nggak mau ngomong, gue pulang aja dech.   Masih banyak hal lain yang lebih berguna yang bisa gue kerjain.  Aku berkata sambil perlahan menuju pintu kelas…
“ Aku minta maaf…”ia berkata sambil berteriak.
Seketika aku menoleh.  Gua menyangka lo akan nekat berkata itu.  Wajahnya merah dan matanya mengeluarkan tetesan-tetesan air mata. Dia menangis.  Ia langsung duduk dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya .  Ia masih tersedu-sedu.  Aku tak tega melihatnya.  Ku beranikan diri untuk mendekatinya.
“kamu, kamu , kenapa menangis ? tanyaku.
“Aku benar-benar menyesal karena telah membuatmu marah padaku, aku tidak bermaksud begitu.  Sekali lagi maafkan aku manda.”
Ini pertama kalinya dia menyebut namaku, suaranya lembut dan hangat.  Tidak seperti tadi.  Aku menemukan sosoknya yang lain, yang lembut dan penuh kasih sayang.
“Aku ….tidak bermaksud berkata seperti itu kepadamu, tapi jujur aku sedang banyak masalah, tuturnya.
“ Kalau kuu mau, kau bisa menceritakannya padaku, siapa tau, dengan kau menceritakannya bisa mengurangi beban pikiranmu,” kataku berusaha meyakinkan.
Awalnya ia tampak ragu-ragu, namun akhirnya ia mau juga menceritakannya padaku.
Singkat cerita, ia menceritakan semuanya padaku.  Dari sanalah aku tau, Raka adalah seorang anak dari keluarga broken home.  Hidupnya menjadi tak terurus saat kedua orang tuanya bercerai.  Ia diasuh oleh neneknya.  Namun dua hari yang lalu neneknya meninggal.  Satu-satunya orang yang ia sayangi telah meninggalkannya.  Karena itulah yang menjadikannya pribadi yang dingin dan tidak ramah.  Padahal sebenarnya dia anak yang baik, sopan, dan ceria.  Namun, pengalaman hidup membuatnya kehilangan segala kebahagian tersebut.   Sejak kejadian itu kami berdua mulai dekat.  Hari demi hari kami lewati bersama.  Namun , kami masih dalam hubungan teman.
Namun akhir-akhir ini, aku merasakan hal yang aneh bila berada didekatnya.  Rasa yang tak biasa ku alami sebelumnya apakah mungkin aku jatuh cinta pada Raka?  Tapi, apakah Raka punya perasaan yang sama padaku?  Aku tak mau terlalu berharap padanya karena apabila aku tidak mendapatkan harapan tersebut, tentu aku akan sangat kecewa.
Tidak terasa sudah satu bulan kujalani cinta yang indah dengan Raka.  Ia begitu romantic.  Namun itu hanya berjalan selama 1 bulan.  Setelah itu ia juga jaga jarak denganku, entah apa sebabnya.  Aku sama sekali tidak mengerti.  Muncul pikiran-pikiran aneh tentangnya. 
Sudah satu minggu ini dia tak masuk sekolah, Aku mulai cemas jangan-jangan dia sakit.  Namun, saat aku tiba dirumahnya, tidak ada siapa-siapa , rumahnya sepi.  Aku Tanya kepada tetangganya.  Tetangganya berkata bahwa Raka masuk rumah sakit.  Saat itu juga aku langsung memacu jazzku kerumah sakit.  Setibaku di kamarnya, aku melihat seorang gadis tengah menyuapinya makan, tampak mesra.  Dadaku seperti di robek-robek, tanpa kusadari   bulir-bulir air mata jatuh membasahi pipiku.
Aku berlari sekencang-kencangnya.  Terdengar dari belakang Raka memanggil-manggilku. Aku tak peduli lagi, aku benci  Raka, aku benci.
Keesokan harinya, perempuan yang kemarin aku lihat,” Bisa kita bicara sebentar,” katanya.
Aku hanya menurut.  Mungkin kau sudah salah paham tentang yang kemarin.  Perkenalkan , namaku Sucia Aditya, aku kakak kandungnya Raka.   Aku sangat terkejut dengan pengakuan wanita itu,” Kemarin kebetulan aku bertemu dengan Raka, sudah 11 tahun kami tak bertemu.  Aku benar-benar merindukan adik semata wayangku itu.  Kau tau? Raka tengah berjuang melawan penyakit yang kini tengah dideritanya.   Namun, karena melihatmu menangis, kondisinya bertambah buruk dan dokter tidak bisa menyelamatkannya lagi.  Ia baru dikuburkan pagi ini.  Untuk itu aku kesini atas amanah Raka, meluruskan kesalahpahaman kemarin,” tuturnya.
Dadaku remuk, nafasku sesak, kepalaku sakit, air mataku terus mengalir , aku menyesal ,a aku terlalu egois.
“Antarkan aku ke makamnya.
“Setibanya di makam Raka, aku menangis, tanahnya masih basah, bunga-bunganya pun masih segar.” Raka, aku minta maaf, karena tidak ada di sampingmu saat kau sedang sakit.  Aku benar-benar menyesal karena tidak menghiraukannya kemarin.  Andai saja, aku mendengarkan pasti kau masih ada disisiku.”  Aku masih menangis diatas gundukan tanah itu.  Ini surat untukmu,” aku terlambat memberikannya.
Hmm….
Sudah terlalu lama rupanya aku melamun disini.  Melamun memikirkan kesalahanku di masa lalu.  Memikirkan kata maaf yang belum sempat aku ucapkan.
Saat aku berdiri untuk pulang, tiba-tiba hawa dingin menyelimutiku.  Tampak sebuah sosok yang sangat kurindukan, yaitu Raka.  Aku berlari kesana.  Raka masih tersenyum.  Namun, saat aku ke sana Raka sudah tidak ada.  Hanya kabut putih yang ada disana, itu hanya halusinasiku.  Saat aku berbalik, terdengar sayup-sayup,” Aku memaafkanmu Manda, sekarang hapus air matamu dan tersenyumlah,”
Itu suara Raka, Aku janji Raka, tidak akan menangis lagi,” danau ini memang ajaib. Terima kasih.    



KATA MAAF UNTUK MANDA

          Sore itu, aku masih duduk di sebuah kursi tua di tepi danau cinta.  Aku tak tau nama danau itu, akan  tetapi karena bentuk danau itu menyerupai hati, maka kuberi nama danau itu danau cinta.  Danau ini tidak terlalu luas, namun tentu saja lebib luas dari kolam ikan yang ada di depan rumahku.  Di tempat inilah,  aku biasa menghabiskan waktu senja.  Ibuku selalu melarangku untuk pergi ke danau ini.  Konon katanya danau ini ada penunggunya.  Memang, aku sering merasa hawa yang aneh saat aku berada di sekitar danau ini,  namun hal ini kuanggap biasa saja.  Danau ini memang sering berkabut,  itulah sebabnya muncul cerita-cerita aneh tentang danau ini.  Sebenarnya kalau diperhatikan danau ini punya daya tarik tersendiri jika pandai memanfaatkannya.  Jujur, setiap aku pulang dari danau ini perasaanku yang tadinya kacau,  berangsur-angsur menjadi tenang, seolah-olah danau ini menyerap hawa negative dari diriku. 
            Mentari berangsur-angsur tenggelam.  Namun, aku masih tetap duduk di kursi ini.  Tanganku masih erat memegang secarik kertas berwarna merah muda itu.  Ini untuk kesekian kalinya aku membaca kertas ini.  Sebagian kata-katanya telah pudar, namun masih bisa dibaca.  Awalnya aku tak mengerti mengapa ia memberikan surat ini padaku, namun seiring berjalannya waktu aku tau apa maksud dari surat ini .





Dear Manda,

Saat aku telah tiada berjanjilah padaku,
Kau tidak akan pernah menghilangkannya dari wajahmu
Kau cantik saat tersenyum
Dan itu yang membuatku selalu mencintaimu
Aku tak ingin buat kau bersedih
Aku akan selalu ada di sampingmu
Meski ragaku tak bersamamu
Yakinlah
Aku akan selalu menjagamu dari atas sana
Percayalah kita akan bertemu di surga
Kita akan bahagia disana
                                                                       
                                                                    Love     
                                                             
                                                                    Raka

                                                                       Raka
 











Aku, Teressia Manda.  Sekarang aku tengah duduk di bangku kelas 3 SMA.  Saat –saat yang tepat utnuk merasakan cinta.  Namun,  hal ini tak berlaku bagiku, sejak kejadian itu, kehidupanku berubah.
            Satu tahun yang lalu………………
Ini adalah sekolah baruku.  Orang tuaku baru saja pindah tugas ke Bogor, tentu saja aku ikut dengan kedua orang tuaku.  Lagi pula,  aku tidak mempunyai saudara di Jakarta.
“Selamat pagi semua, perkenalkan namaku  Teressia Manda,  kalian bisa panggil Manda.  Aku murid pindahan dari Jakarta.  Aku harap kita bisa berteman dan mohon bantuannya.  Tepuk tangan mengiringi langkahku menuju meja.  Aku duduk di… sebelah laki-laki tampan.  Kulitnya putih , hidungnya mancung, tinggi.  Aku tak habis pikir,  masih ada ya laki-laki setampan dia di kota kecil ini.
            “Hai……. Namaku  Manda, kalau kamu,” aku berusaha untuk berkenalan dan bersikap manis padanya,” Panggil aku Raka,” jawabnya dingin tanpa menoleh sedikitpun kearah ku.  Huft… sombong sekali cowok ini.  Diajak kenalan nggak mau.  Kalau nggak ingat dia itu tampan, hmm…. Dah habis dia tu.
Ngomong-ngomong, aku  bicaranya terlalu formal ya.  Ok,  sekarang aku akan berbicara layaknya remaja umumnya.
            Selama 3 jam pelajaran ini aku memperhatikan guru menerangkan tentang pendudukan Belanda di Indonesia.  Sekarang adalah waktunya pelajaran sejarah.  Sejarah termasuk pelajaran favoritku,  sesekali jika ada hal-hal penting aku langsung mencatatnya.  Bel istirahatpun berbunyi.  Karena perutku sudah keroncongan, aku ingin cepat-cepat sampai di kantin.  Namun, kulihat Raka tetap di kelas, duduk rapi di bangkunya dan membaca sebuah novel.  Cowok ini memang benar-benar cowok langka. Udah jarang banget gitu ya di Indonesia, cowok tampan , cool and suka baca novel. Ckckck , pokoknya aku harus bisa deket sama dia .
  “Raka, lo gak jajan,”tanyaku.
“Buat apa lo urusin urusan yang mestinya gak loe urus.  Dan satu lagi jangan bersikap sok manis di depan gue,” jawabnya ketus.
Seketika itu juga emosiku naik, harga diriku serasa diinjak-injak.
“bukk…tanganku memukul meja dengan kerasnya, sehingga seisi kelas melihatku, tapi aku tak peduli, aku sudah terlalu sakit hati dengan makhluk ini.
“heh, lo dengar ya, gue gak minat juga urusin urusan lo.  Gue Cuma nanyakan, emangnya salah?.  Jangan mentang-mentang lo  tu cakep, lo bisa bentak-bentak orang seenaknya.  Orang kayak lo ne mestinya gak ada di bumi ini, bikin rusuh aja.  Dan satu hal lagi, gue pengen berteman sama lo.  Tapi , lo gak pernah menghargain gue,” bentakku.
“Ooo…..jadi lo mau di hargain, berapa? Dua puluh ribu? Nich …ambil, kalau kurang bilang aja cemeehnya.
Plaak….
Sebuah tamparan indah melekat di pipi, mulusnya sebelah kiri
“Ini buat omongan lo yang kurang ajar tadi,” setelah itu aku pergi ke kantin.
Saat kembali ke kelas, suasana hatiku masih panas.  Apalagi saat bertemu dengan si cowok sok cakep ini.  Ingin rasanya aku pulang, daripada disini, atmosfernya ga enak.  Selama pelajaran berlangsung, tak satupun materi dari guru yang bisa kuserap. Tapi aku tetap memperhatikan guru saat menerangkan.
Teeettt……..
Bel berbunyi, pertanda  pelajaran  telah berakhir dan waktu pulang telah menanti.  Akhirnya, aku bebas dari neraka ini.  Kurapikan buku-buku yang tadinya berantakan di atas meja.  Setelah ini berdoa dan mengucapkan salam pada guru.
Tiba-tiba, sebuah tangan menarikku, reflex ku melihat ke belakang.  Nah , ni cowok benar-benar cari mati ya,  Jelas-jelas aku lagi marah ama dia , eh, dia lancang megang tanganku.
“ Eh, lepasin donk, gue mau pulang, atau lo mau  gue tampar lagi, tantangku.
“Gak kok, aku Cuma mau ngomong sama kamu aja, berdua, “ tuturnya.
What’s…..???  apa tadi aku –kamu.  Kena angin apa ni orang ? Perasaan hari ini cerah-cerah aja.  Hujan gak ada, awan hitam juga nggak, petir juga nggak kedengaran, apalagi badai.  Ne orang benar-benar aneh ya.  Tadi ngehina sekarang baik-baik , kesambet mungkin ya…
“ Mau ngomong apa ? cepetan, gue nggak punya waktu ! lima menit!!!!!!!
Dia tetap diam, tak bergeming sedikitpun, aku mulai kesal karena dari tadi dia hanya diam.
“ Lo tu mau ngomong apa sih…? Kalo lo nggak mau ngomong, gue pulang aja dech.   Masih banyak hal lain yang lebih berguna yang bisa gue kerjain.  Aku berkata sambil perlahan menuju pintu kelas…
“ Aku minta maaf…”ia berkata sambil berteriak.
Seketika aku menoleh.  Gua menyangka lo akan nekat berkata itu.  Wajahnya merah dan matanya mengeluarkan tetesan-tetesan air mata. Dia menangis.  Ia langsung duduk dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya .  Ia masih tersedu-sedu.  Aku tak tega melihatnya.  Ku beranikan diri untuk mendekatinya.
“kamu, kamu , kenapa menangis ? tanyaku.
“Aku benar-benar menyesal karena telah membuatmu marah padaku, aku tidak bermaksud begitu.  Sekali lagi maafkan aku manda.”
Ini pertama kalinya dia menyebut namaku, suaranya lembut dan hangat.  Tidak seperti tadi.  Aku menemukan sosoknya yang lain, yang lembut dan penuh kasih sayang.
“Aku ….tidak bermaksud berkata seperti itu kepadamu, tapi jujur aku sedang banyak masalah, tuturnya.
“ Kalau kuu mau, kau bisa menceritakannya padaku, siapa tau, dengan kau menceritakannya bisa mengurangi beban pikiranmu,” kataku berusaha meyakinkan.
Awalnya ia tampak ragu-ragu, namun akhirnya ia mau juga menceritakannya padaku.
Singkat cerita, ia menceritakan semuanya padaku.  Dari sanalah aku tau, Raka adalah seorang anak dari keluarga broken home.  Hidupnya menjadi tak terurus saat kedua orang tuanya bercerai.  Ia diasuh oleh neneknya.  Namun dua hari yang lalu neneknya meninggal.  Satu-satunya orang yang ia sayangi telah meninggalkannya.  Karena itulah yang menjadikannya pribadi yang dingin dan tidak ramah.  Padahal sebenarnya dia anak yang baik, sopan, dan ceria.  Namun, pengalaman hidup membuatnya kehilangan segala kebahagian tersebut.   Sejak kejadian itu kami berdua mulai dekat.  Hari demi hari kami lewati bersama.  Namun , kami masih dalam hubungan teman.
Namun akhir-akhir ini, aku merasakan hal yang aneh bila berada didekatnya.  Rasa yang tak biasa ku alami sebelumnya apakah mungkin aku jatuh cinta pada Raka?  Tapi, apakah Raka punya perasaan yang sama padaku?  Aku tak mau terlalu berharap padanya karena apabila aku tidak mendapatkan harapan tersebut, tentu aku akan sangat kecewa.
Tidak terasa sudah satu bulan kujalani cinta yang indah dengan Raka.  Ia begitu romantic.  Namun itu hanya berjalan selama 1 bulan.  Setelah itu ia juga jaga jarak denganku, entah apa sebabnya.  Aku sama sekali tidak mengerti.  Muncul pikiran-pikiran aneh tentangnya. 
Sudah satu minggu ini dia tak masuk sekolah, Aku mulai cemas jangan-jangan dia sakit.  Namun, saat aku tiba dirumahnya, tidak ada siapa-siapa , rumahnya sepi.  Aku Tanya kepada tetangganya.  Tetangganya berkata bahwa Raka masuk rumah sakit.  Saat itu juga aku langsung memacu jazzku kerumah sakit.  Setibaku di kamarnya, aku melihat seorang gadis tengah menyuapinya makan, tampak mesra.  Dadaku seperti di robek-robek, tanpa kusadari   bulir-bulir air mata jatuh membasahi pipiku.
Aku berlari sekencang-kencangnya.  Terdengar dari belakang Raka memanggil-manggilku. Aku tak peduli lagi, aku benci  Raka, aku benci.
Keesokan harinya, perempuan yang kemarin aku lihat,” Bisa kita bicara sebentar,” katanya.
Aku hanya menurut.  Mungkin kau sudah salah paham tentang yang kemarin.  Perkenalkan , namaku Sucia Aditya, aku kakak kandungnya Raka.   Aku sangat terkejut dengan pengakuan wanita itu,” Kemarin kebetulan aku bertemu dengan Raka, sudah 11 tahun kami tak bertemu.  Aku benar-benar merindukan adik semata wayangku itu.  Kau tau? Raka tengah berjuang melawan penyakit yang kini tengah dideritanya.   Namun, karena melihatmu menangis, kondisinya bertambah buruk dan dokter tidak bisa menyelamatkannya lagi.  Ia baru dikuburkan pagi ini.  Untuk itu aku kesini atas amanah Raka, meluruskan kesalahpahaman kemarin,” tuturnya.
Dadaku remuk, nafasku sesak, kepalaku sakit, air mataku terus mengalir , aku menyesal ,a aku terlalu egois.
“Antarkan aku ke makamnya.
“Setibanya di makam Raka, aku menangis, tanahnya masih basah, bunga-bunganya pun masih segar.” Raka, aku minta maaf, karena tidak ada di sampingmu saat kau sedang sakit.  Aku benar-benar menyesal karena tidak menghiraukannya kemarin.  Andai saja, aku mendengarkan pasti kau masih ada disisiku.”  Aku masih menangis diatas gundukan tanah itu.  Ini surat untukmu,” aku terlambat memberikannya.
Hmm….
Sudah terlalu lama rupanya aku melamun disini.  Melamun memikirkan kesalahanku di masa lalu.  Memikirkan kata maaf yang belum sempat aku ucapkan.
Saat aku berdiri untuk pulang, tiba-tiba hawa dingin menyelimutiku.  Tampak sebuah sosok yang sangat kurindukan, yaitu Raka.  Aku berlari kesana.  Raka masih tersenyum.  Namun, saat aku ke sana Raka sudah tidak ada.  Hanya kabut putih yang ada disana, itu hanya halusinasiku.  Saat aku berbalik, terdengar sayup-sayup,” Aku memaafkanmu Manda, sekarang hapus air matamu dan tersenyumlah,”
Itu suara Raka, Aku janji Raka, tidak akan menangis lagi,” danau ini memang ajaib. Terima kasih.    



Tidak ada komentar:

Posting Komentar