Ketika Ahmad Jatuh Cinta
Sebelum azan subuh berkumandang Ahmad Nazar ,seorang santri
di pesantren Darul Kudus yang alimnya
luar biasa melebihi seorang kyai yang memakai jubah lapis tiga dan memakai
sorban di atas kepalanya (lebayyyy), telah bangun dan kini duduk di atas
ranjangnya. Maklum, itulah kebiasaan anak pesantren. Ahmad bertugas
membangunkan teman-temannya untuk shalat berjamaah di mushala kecil tepat di
depan asramanya. Ahmad adalah seorang santri yang cerdas. Sekarang ia tengah
duduk di kelas 2 setingkat dengan SMA. Ia adalah seorang anak yang rajin, dan
seorang hafiz. Namun, ada satu fakta menarik tentang ahmad. Ia tidak tahu apa
itu cinta !!!.
Ahmad bersiap-siap untuk menunaikan kewajibannya yaitu
melaksanakan salat subuh. Ia berjalan dengan perlahan ke arah mushola seraya
melantunkan asma Allah. Sungguh beruntung gadis yang bisa memikat hatinya.
Setelah tiba di mushola, Ahmad mengerjakan salat sunat tahiyatul masjid. Tampak ia begitu khusuk melaksanakan salat.
Selesai mengerjakan salat sunat, Ahmad melantunkan iqamah dengan suara yang
merdu dan mampu memikat santriwati yang ada di pesantren untuk salat di mushola
tersebut.
Tak lama kemudian, pak kiyai datang dan menjadi imam salat
subuh pagi ini. Salat berlangsung dengan khusuk. Setelah selesai melaksanakan
salat subuh berjamaah, Ahmad pun meninggalkan mushala karena sebentar lagi, ia
akan masuk sekolah.
Kini Ahmad telah berada di kamarnya. Ia segera mandi dan
mengganti pakaiannya dengan baju seragam sekolah. Sekolah dimulai pada pukul
06.45, sementara waktu telah menunjukkan pukul 06.25. Masih banyak waktu yang
ada untuk merapikan diri. Ahmad merapikan seragamnya, lalu menyisir rapi
rambutnya. Benar-benar rapi. Perlahan, ia mulai meninggalkan kamarnya dan
berjalan menuju pesantren. Saat ia melewati perpustakaan, tiba-tiba ia melihat
sesosok makhluk yang cantik parasnya dan mengenakan jilbab membuat ia kelihatan
anggun. Sosok itu mampu menghipnotis Ahmad. Dadanya berdeba-debar. Badannya
terasa panas. Tembok imannya yang sekokoh tembok cina itu runtuh karena
menghadapi situasi ini. Lama ia terpaku mematut paras cantik itu, dari ujung
kaki sampai ke ujung kepala. Begitu sempurna. Inilah yang ia rasakan sekarang.
Jatuh cinta !!!
“Astagfirullah, apa yang telah saya lakukan ?. Saya
memandangi seseorang yang bukan muhrim ,maafkan saya ya Allah,”ujarnya penuh
sesal.
Ia mempercepat langkahnya menuju kelas. Ia samasekali tidak
menyadari, sosok yang ia pandangi sedari tadi juga melirik ke arahnya sesaat
sesudah Ahmad sadar dari pandangannya. Wanita berparas cantik itu, tampaknya
juga menaruh rasa kagum pada Ahmad.
Cerita punya cerita, terdengarlah kabar bahwa anak pak kiyai
juga bersekolah di pesantren ini, dan yang lebih mengejutkan adalah anak pak
kiyai itu adalah wanita yang ditemui Ahmad kala itu. Ia bernama Zahra. Anak pak
kiyai baru saja pindah dari kampungnya dan bermaksud menetap disini bersama pak
kiyai.
“Assalamu’alaikum ya akhi, bisakah anta menghantarkan saya
untuk melihat-lihat pesantren ini. Abi saya mau, anta yang menemani
saya,”sebuah suara yang lembut dan merdu mengejutkan Ahmad yang ketika itu
sedang membaca sebuah kitab.
Seketika Ahmad menoleh dan ia terkejut ketika mendapati bahwa
suara lembut dan merdu itu berasal dari bibir seorang gadis cantik bernama
Zahra. Wanita yang tadi pagi membuatnya berdebar-debar.
“Baiklah, mari saya hantar,”ujar Ahmad setenang mungkin.
Ahmad mengajak Zahra berkeliling pesantren. Ia menceritakan
seluk beluk dari pesantren itu. Ahmad tampak serius, sehingga tak menyadari
bahwa wanita disampingnya menatap kagum akan pengetahuan dan wibawa Ahmad.
Setelah selesai mengajak Zahra berkeliling pesantren, barulah
Ahmad merasakan badannya panas dingin. Sekujur tubuhnya dibasahi keringat.
Sebelum masuk ke kelasnya, Zahra sempat berkata kepada Ahmad,
“Jikalau akhi memiliki perasaan kepada seorang muslimah,
hendaklah akhi menemui orang tuanya dan utarakan niat tulus akhi,”ujar Zahra
seraya berlalu dari hadapan Ahmad.
Ahmad seperti disengat listrik. Ia benar-benar tak menyangka
Zahra akan berkata seperti itu, seolah-olah ia mampu membaca hati Ahmad dan
mengerti apa yang pemuda muslim itu rasakan.
“Baiklah Zahra, aku akan menemui orang tuamu,”gumam Ahmad.
Dengan langkah yang penuh semangat, ia berjalan menuju kelas.
Hari ini, untuk pertama kalinya Ahmad merasakan begitu indahnya hidup, ketika
ia jatuh cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar