Kamis, 09 Agustus 2012

ketika ahmad jatuh cinta


Ketika Ahmad Jatuh Cinta

Sebelum azan subuh berkumandang Ahmad Nazar ,seorang santri di pesantren Darul Kudus  yang alimnya luar biasa melebihi seorang kyai yang memakai jubah lapis tiga dan memakai sorban di atas kepalanya (lebayyyy), telah bangun dan kini duduk di atas ranjangnya. Maklum, itulah kebiasaan anak pesantren. Ahmad bertugas membangunkan teman-temannya untuk shalat berjamaah di mushala kecil tepat di depan asramanya. Ahmad adalah seorang santri yang cerdas. Sekarang ia tengah duduk di kelas 2 setingkat dengan SMA. Ia adalah seorang anak yang rajin, dan seorang hafiz. Namun, ada satu fakta menarik tentang ahmad. Ia tidak tahu apa itu cinta !!!.
Ahmad bersiap-siap untuk menunaikan kewajibannya yaitu melaksanakan salat subuh. Ia berjalan dengan perlahan ke arah mushola seraya melantunkan asma Allah. Sungguh beruntung gadis yang bisa memikat hatinya. Setelah tiba di mushola, Ahmad mengerjakan salat sunat tahiyatul masjid. Tampak ia begitu khusuk melaksanakan salat. Selesai mengerjakan salat sunat, Ahmad melantunkan iqamah dengan suara yang merdu dan mampu memikat santriwati yang ada di pesantren untuk salat di mushola tersebut.
Tak lama kemudian, pak kiyai datang dan menjadi imam salat subuh pagi ini. Salat berlangsung dengan khusuk. Setelah selesai melaksanakan salat subuh berjamaah, Ahmad pun meninggalkan mushala karena sebentar lagi, ia akan masuk sekolah.
Kini Ahmad telah berada di kamarnya. Ia segera mandi dan mengganti pakaiannya dengan baju seragam sekolah. Sekolah dimulai pada pukul 06.45, sementara waktu telah menunjukkan pukul 06.25. Masih banyak waktu yang ada untuk merapikan diri. Ahmad merapikan seragamnya, lalu menyisir rapi rambutnya. Benar-benar rapi. Perlahan, ia mulai meninggalkan kamarnya dan berjalan menuju pesantren. Saat ia melewati perpustakaan, tiba-tiba ia melihat sesosok makhluk yang cantik parasnya dan mengenakan jilbab membuat ia kelihatan anggun. Sosok itu mampu menghipnotis Ahmad. Dadanya berdeba-debar. Badannya terasa panas. Tembok imannya yang sekokoh tembok cina itu runtuh karena menghadapi situasi ini. Lama ia terpaku mematut paras cantik itu, dari ujung kaki sampai ke ujung kepala. Begitu sempurna. Inilah yang ia rasakan sekarang. Jatuh cinta !!!
“Astagfirullah, apa yang telah saya lakukan ?. Saya memandangi seseorang yang bukan muhrim ,maafkan saya ya Allah,”ujarnya penuh sesal.
Ia mempercepat langkahnya menuju kelas. Ia samasekali tidak menyadari, sosok yang ia pandangi sedari tadi juga melirik ke arahnya sesaat sesudah Ahmad sadar dari pandangannya. Wanita berparas cantik itu, tampaknya juga menaruh rasa kagum pada Ahmad.
Cerita punya cerita, terdengarlah kabar bahwa anak pak kiyai juga bersekolah di pesantren ini, dan yang lebih mengejutkan adalah anak pak kiyai itu adalah wanita yang ditemui Ahmad kala itu. Ia bernama Zahra. Anak pak kiyai baru saja pindah dari kampungnya dan bermaksud menetap disini bersama pak kiyai.
“Assalamu’alaikum ya akhi, bisakah anta menghantarkan saya untuk melihat-lihat pesantren ini. Abi saya mau, anta yang menemani saya,”sebuah suara yang lembut dan merdu mengejutkan Ahmad yang ketika itu sedang membaca sebuah kitab.
Seketika Ahmad menoleh dan ia terkejut ketika mendapati bahwa suara lembut dan merdu itu berasal dari bibir seorang gadis cantik bernama Zahra. Wanita yang tadi pagi membuatnya berdebar-debar.
“Baiklah, mari saya hantar,”ujar Ahmad setenang mungkin.
Ahmad mengajak Zahra berkeliling pesantren. Ia menceritakan seluk beluk dari pesantren itu. Ahmad tampak serius, sehingga tak menyadari bahwa wanita disampingnya menatap kagum akan pengetahuan dan wibawa Ahmad.
Setelah selesai mengajak Zahra berkeliling pesantren, barulah Ahmad merasakan badannya panas dingin. Sekujur tubuhnya dibasahi keringat. Sebelum masuk ke kelasnya, Zahra sempat berkata kepada Ahmad,
“Jikalau akhi memiliki perasaan kepada seorang muslimah, hendaklah akhi menemui orang tuanya dan utarakan niat tulus akhi,”ujar Zahra seraya berlalu dari hadapan Ahmad.
Ahmad seperti disengat listrik. Ia benar-benar tak menyangka Zahra akan berkata seperti itu, seolah-olah ia mampu membaca hati Ahmad dan mengerti apa yang pemuda muslim itu rasakan.
“Baiklah Zahra, aku akan menemui orang tuamu,”gumam Ahmad.
Dengan langkah yang penuh semangat, ia berjalan menuju kelas. Hari ini, untuk pertama kalinya Ahmad merasakan begitu indahnya hidup, ketika ia jatuh cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar