Kamis, 09 Agustus 2012

ketika ahmad jatuh cinta


Ketika Ahmad Jatuh Cinta

Sebelum azan subuh berkumandang Ahmad Nazar ,seorang santri di pesantren Darul Kudus  yang alimnya luar biasa melebihi seorang kyai yang memakai jubah lapis tiga dan memakai sorban di atas kepalanya (lebayyyy), telah bangun dan kini duduk di atas ranjangnya. Maklum, itulah kebiasaan anak pesantren. Ahmad bertugas membangunkan teman-temannya untuk shalat berjamaah di mushala kecil tepat di depan asramanya. Ahmad adalah seorang santri yang cerdas. Sekarang ia tengah duduk di kelas 2 setingkat dengan SMA. Ia adalah seorang anak yang rajin, dan seorang hafiz. Namun, ada satu fakta menarik tentang ahmad. Ia tidak tahu apa itu cinta !!!.
Ahmad bersiap-siap untuk menunaikan kewajibannya yaitu melaksanakan salat subuh. Ia berjalan dengan perlahan ke arah mushola seraya melantunkan asma Allah. Sungguh beruntung gadis yang bisa memikat hatinya. Setelah tiba di mushola, Ahmad mengerjakan salat sunat tahiyatul masjid. Tampak ia begitu khusuk melaksanakan salat. Selesai mengerjakan salat sunat, Ahmad melantunkan iqamah dengan suara yang merdu dan mampu memikat santriwati yang ada di pesantren untuk salat di mushola tersebut.
Tak lama kemudian, pak kiyai datang dan menjadi imam salat subuh pagi ini. Salat berlangsung dengan khusuk. Setelah selesai melaksanakan salat subuh berjamaah, Ahmad pun meninggalkan mushala karena sebentar lagi, ia akan masuk sekolah.
Kini Ahmad telah berada di kamarnya. Ia segera mandi dan mengganti pakaiannya dengan baju seragam sekolah. Sekolah dimulai pada pukul 06.45, sementara waktu telah menunjukkan pukul 06.25. Masih banyak waktu yang ada untuk merapikan diri. Ahmad merapikan seragamnya, lalu menyisir rapi rambutnya. Benar-benar rapi. Perlahan, ia mulai meninggalkan kamarnya dan berjalan menuju pesantren. Saat ia melewati perpustakaan, tiba-tiba ia melihat sesosok makhluk yang cantik parasnya dan mengenakan jilbab membuat ia kelihatan anggun. Sosok itu mampu menghipnotis Ahmad. Dadanya berdeba-debar. Badannya terasa panas. Tembok imannya yang sekokoh tembok cina itu runtuh karena menghadapi situasi ini. Lama ia terpaku mematut paras cantik itu, dari ujung kaki sampai ke ujung kepala. Begitu sempurna. Inilah yang ia rasakan sekarang. Jatuh cinta !!!
“Astagfirullah, apa yang telah saya lakukan ?. Saya memandangi seseorang yang bukan muhrim ,maafkan saya ya Allah,”ujarnya penuh sesal.
Ia mempercepat langkahnya menuju kelas. Ia samasekali tidak menyadari, sosok yang ia pandangi sedari tadi juga melirik ke arahnya sesaat sesudah Ahmad sadar dari pandangannya. Wanita berparas cantik itu, tampaknya juga menaruh rasa kagum pada Ahmad.
Cerita punya cerita, terdengarlah kabar bahwa anak pak kiyai juga bersekolah di pesantren ini, dan yang lebih mengejutkan adalah anak pak kiyai itu adalah wanita yang ditemui Ahmad kala itu. Ia bernama Zahra. Anak pak kiyai baru saja pindah dari kampungnya dan bermaksud menetap disini bersama pak kiyai.
“Assalamu’alaikum ya akhi, bisakah anta menghantarkan saya untuk melihat-lihat pesantren ini. Abi saya mau, anta yang menemani saya,”sebuah suara yang lembut dan merdu mengejutkan Ahmad yang ketika itu sedang membaca sebuah kitab.
Seketika Ahmad menoleh dan ia terkejut ketika mendapati bahwa suara lembut dan merdu itu berasal dari bibir seorang gadis cantik bernama Zahra. Wanita yang tadi pagi membuatnya berdebar-debar.
“Baiklah, mari saya hantar,”ujar Ahmad setenang mungkin.
Ahmad mengajak Zahra berkeliling pesantren. Ia menceritakan seluk beluk dari pesantren itu. Ahmad tampak serius, sehingga tak menyadari bahwa wanita disampingnya menatap kagum akan pengetahuan dan wibawa Ahmad.
Setelah selesai mengajak Zahra berkeliling pesantren, barulah Ahmad merasakan badannya panas dingin. Sekujur tubuhnya dibasahi keringat. Sebelum masuk ke kelasnya, Zahra sempat berkata kepada Ahmad,
“Jikalau akhi memiliki perasaan kepada seorang muslimah, hendaklah akhi menemui orang tuanya dan utarakan niat tulus akhi,”ujar Zahra seraya berlalu dari hadapan Ahmad.
Ahmad seperti disengat listrik. Ia benar-benar tak menyangka Zahra akan berkata seperti itu, seolah-olah ia mampu membaca hati Ahmad dan mengerti apa yang pemuda muslim itu rasakan.
“Baiklah Zahra, aku akan menemui orang tuamu,”gumam Ahmad.
Dengan langkah yang penuh semangat, ia berjalan menuju kelas. Hari ini, untuk pertama kalinya Ahmad merasakan begitu indahnya hidup, ketika ia jatuh cinta.

kata maaf untuk manda


KATA MAAF UNTUK MANDA

          Sore itu, aku masih duduk di sebuah kursi tua di tepi danau cinta.  Aku tak tau nama danau itu, akan  tetapi karena bentuk danau itu menyerupai hati, maka kuberi nama danau itu danau cinta.  Danau ini tidak terlalu luas, namun tentu saja lebib luas dari kolam ikan yang ada di depan rumahku.  Di tempat inilah,  aku biasa menghabiskan waktu senja.  Ibuku selalu melarangku untuk pergi ke danau ini.  Konon katanya danau ini ada penunggunya.  Memang, aku sering merasa hawa yang aneh saat aku berada di sekitar danau ini,  namun hal ini kuanggap biasa saja.  Danau ini memang sering berkabut,  itulah sebabnya muncul cerita-cerita aneh tentang danau ini.  Sebenarnya kalau diperhatikan danau ini punya daya tarik tersendiri jika pandai memanfaatkannya.  Jujur, setiap aku pulang dari danau ini perasaanku yang tadinya kacau,  berangsur-angsur menjadi tenang, seolah-olah danau ini menyerap hawa negative dari diriku. 
            Mentari berangsur-angsur tenggelam.  Namun, aku masih tetap duduk di kursi ini.  Tanganku masih erat memegang secarik kertas berwarna merah muda itu.  Ini untuk kesekian kalinya aku membaca kertas ini.  Sebagian kata-katanya telah pudar, namun masih bisa dibaca.  Awalnya aku tak mengerti mengapa ia memberikan surat ini padaku, namun seiring berjalannya waktu aku tau apa maksud dari surat ini .





Dear Manda,

Saat aku telah tiada berjanjilah padaku,
Kau tidak akan pernah menghilangkannya dari wajahmu
Kau cantik saat tersenyum
Dan itu yang membuatku selalu mencintaimu
Aku tak ingin buat kau bersedih
Aku akan selalu ada di sampingmu
Meski ragaku tak bersamamu
Yakinlah
Aku akan selalu menjagamu dari atas sana
Percayalah kita akan bertemu di surga
Kita akan bahagia disana
                                                                       
                                                                    Love     
                                                             
                                                                    Raka

                                                                       Raka
 











Aku, Teressia Manda.  Sekarang aku tengah duduk di bangku kelas 3 SMA.  Saat –saat yang tepat utnuk merasakan cinta.  Namun,  hal ini tak berlaku bagiku, sejak kejadian itu, kehidupanku berubah.
            Satu tahun yang lalu………………
Ini adalah sekolah baruku.  Orang tuaku baru saja pindah tugas ke Bogor, tentu saja aku ikut dengan kedua orang tuaku.  Lagi pula,  aku tidak mempunyai saudara di Jakarta.
“Selamat pagi semua, perkenalkan namaku  Teressia Manda,  kalian bisa panggil Manda.  Aku murid pindahan dari Jakarta.  Aku harap kita bisa berteman dan mohon bantuannya.  Tepuk tangan mengiringi langkahku menuju meja.  Aku duduk di… sebelah laki-laki tampan.  Kulitnya putih , hidungnya mancung, tinggi.  Aku tak habis pikir,  masih ada ya laki-laki setampan dia di kota kecil ini.
            “Hai……. Namaku  Manda, kalau kamu,” aku berusaha untuk berkenalan dan bersikap manis padanya,” Panggil aku Raka,” jawabnya dingin tanpa menoleh sedikitpun kearah ku.  Huft… sombong sekali cowok ini.  Diajak kenalan nggak mau.  Kalau nggak ingat dia itu tampan, hmm…. Dah habis dia tu.
Ngomong-ngomong, aku  bicaranya terlalu formal ya.  Ok,  sekarang aku akan berbicara layaknya remaja umumnya.
            Selama 3 jam pelajaran ini aku memperhatikan guru menerangkan tentang pendudukan Belanda di Indonesia.  Sekarang adalah waktunya pelajaran sejarah.  Sejarah termasuk pelajaran favoritku,  sesekali jika ada hal-hal penting aku langsung mencatatnya.  Bel istirahatpun berbunyi.  Karena perutku sudah keroncongan, aku ingin cepat-cepat sampai di kantin.  Namun, kulihat Raka tetap di kelas, duduk rapi di bangkunya dan membaca sebuah novel.  Cowok ini memang benar-benar cowok langka. Udah jarang banget gitu ya di Indonesia, cowok tampan , cool and suka baca novel. Ckckck , pokoknya aku harus bisa deket sama dia .
  “Raka, lo gak jajan,”tanyaku.
“Buat apa lo urusin urusan yang mestinya gak loe urus.  Dan satu lagi jangan bersikap sok manis di depan gue,” jawabnya ketus.
Seketika itu juga emosiku naik, harga diriku serasa diinjak-injak.
“bukk…tanganku memukul meja dengan kerasnya, sehingga seisi kelas melihatku, tapi aku tak peduli, aku sudah terlalu sakit hati dengan makhluk ini.
“heh, lo dengar ya, gue gak minat juga urusin urusan lo.  Gue Cuma nanyakan, emangnya salah?.  Jangan mentang-mentang lo  tu cakep, lo bisa bentak-bentak orang seenaknya.  Orang kayak lo ne mestinya gak ada di bumi ini, bikin rusuh aja.  Dan satu hal lagi, gue pengen berteman sama lo.  Tapi , lo gak pernah menghargain gue,” bentakku.
“Ooo…..jadi lo mau di hargain, berapa? Dua puluh ribu? Nich …ambil, kalau kurang bilang aja cemeehnya.
Plaak….
Sebuah tamparan indah melekat di pipi, mulusnya sebelah kiri
“Ini buat omongan lo yang kurang ajar tadi,” setelah itu aku pergi ke kantin.
Saat kembali ke kelas, suasana hatiku masih panas.  Apalagi saat bertemu dengan si cowok sok cakep ini.  Ingin rasanya aku pulang, daripada disini, atmosfernya ga enak.  Selama pelajaran berlangsung, tak satupun materi dari guru yang bisa kuserap. Tapi aku tetap memperhatikan guru saat menerangkan.
Teeettt……..
Bel berbunyi, pertanda  pelajaran  telah berakhir dan waktu pulang telah menanti.  Akhirnya, aku bebas dari neraka ini.  Kurapikan buku-buku yang tadinya berantakan di atas meja.  Setelah ini berdoa dan mengucapkan salam pada guru.
Tiba-tiba, sebuah tangan menarikku, reflex ku melihat ke belakang.  Nah , ni cowok benar-benar cari mati ya,  Jelas-jelas aku lagi marah ama dia , eh, dia lancang megang tanganku.
“ Eh, lepasin donk, gue mau pulang, atau lo mau  gue tampar lagi, tantangku.
“Gak kok, aku Cuma mau ngomong sama kamu aja, berdua, “ tuturnya.
What’s…..???  apa tadi aku –kamu.  Kena angin apa ni orang ? Perasaan hari ini cerah-cerah aja.  Hujan gak ada, awan hitam juga nggak, petir juga nggak kedengaran, apalagi badai.  Ne orang benar-benar aneh ya.  Tadi ngehina sekarang baik-baik , kesambet mungkin ya…
“ Mau ngomong apa ? cepetan, gue nggak punya waktu ! lima menit!!!!!!!
Dia tetap diam, tak bergeming sedikitpun, aku mulai kesal karena dari tadi dia hanya diam.
“ Lo tu mau ngomong apa sih…? Kalo lo nggak mau ngomong, gue pulang aja dech.   Masih banyak hal lain yang lebih berguna yang bisa gue kerjain.  Aku berkata sambil perlahan menuju pintu kelas…
“ Aku minta maaf…”ia berkata sambil berteriak.
Seketika aku menoleh.  Gua menyangka lo akan nekat berkata itu.  Wajahnya merah dan matanya mengeluarkan tetesan-tetesan air mata. Dia menangis.  Ia langsung duduk dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya .  Ia masih tersedu-sedu.  Aku tak tega melihatnya.  Ku beranikan diri untuk mendekatinya.
“kamu, kamu , kenapa menangis ? tanyaku.
“Aku benar-benar menyesal karena telah membuatmu marah padaku, aku tidak bermaksud begitu.  Sekali lagi maafkan aku manda.”
Ini pertama kalinya dia menyebut namaku, suaranya lembut dan hangat.  Tidak seperti tadi.  Aku menemukan sosoknya yang lain, yang lembut dan penuh kasih sayang.
“Aku ….tidak bermaksud berkata seperti itu kepadamu, tapi jujur aku sedang banyak masalah, tuturnya.
“ Kalau kuu mau, kau bisa menceritakannya padaku, siapa tau, dengan kau menceritakannya bisa mengurangi beban pikiranmu,” kataku berusaha meyakinkan.
Awalnya ia tampak ragu-ragu, namun akhirnya ia mau juga menceritakannya padaku.
Singkat cerita, ia menceritakan semuanya padaku.  Dari sanalah aku tau, Raka adalah seorang anak dari keluarga broken home.  Hidupnya menjadi tak terurus saat kedua orang tuanya bercerai.  Ia diasuh oleh neneknya.  Namun dua hari yang lalu neneknya meninggal.  Satu-satunya orang yang ia sayangi telah meninggalkannya.  Karena itulah yang menjadikannya pribadi yang dingin dan tidak ramah.  Padahal sebenarnya dia anak yang baik, sopan, dan ceria.  Namun, pengalaman hidup membuatnya kehilangan segala kebahagian tersebut.   Sejak kejadian itu kami berdua mulai dekat.  Hari demi hari kami lewati bersama.  Namun , kami masih dalam hubungan teman.
Namun akhir-akhir ini, aku merasakan hal yang aneh bila berada didekatnya.  Rasa yang tak biasa ku alami sebelumnya apakah mungkin aku jatuh cinta pada Raka?  Tapi, apakah Raka punya perasaan yang sama padaku?  Aku tak mau terlalu berharap padanya karena apabila aku tidak mendapatkan harapan tersebut, tentu aku akan sangat kecewa.
Tidak terasa sudah satu bulan kujalani cinta yang indah dengan Raka.  Ia begitu romantic.  Namun itu hanya berjalan selama 1 bulan.  Setelah itu ia juga jaga jarak denganku, entah apa sebabnya.  Aku sama sekali tidak mengerti.  Muncul pikiran-pikiran aneh tentangnya. 
Sudah satu minggu ini dia tak masuk sekolah, Aku mulai cemas jangan-jangan dia sakit.  Namun, saat aku tiba dirumahnya, tidak ada siapa-siapa , rumahnya sepi.  Aku Tanya kepada tetangganya.  Tetangganya berkata bahwa Raka masuk rumah sakit.  Saat itu juga aku langsung memacu jazzku kerumah sakit.  Setibaku di kamarnya, aku melihat seorang gadis tengah menyuapinya makan, tampak mesra.  Dadaku seperti di robek-robek, tanpa kusadari   bulir-bulir air mata jatuh membasahi pipiku.
Aku berlari sekencang-kencangnya.  Terdengar dari belakang Raka memanggil-manggilku. Aku tak peduli lagi, aku benci  Raka, aku benci.
Keesokan harinya, perempuan yang kemarin aku lihat,” Bisa kita bicara sebentar,” katanya.
Aku hanya menurut.  Mungkin kau sudah salah paham tentang yang kemarin.  Perkenalkan , namaku Sucia Aditya, aku kakak kandungnya Raka.   Aku sangat terkejut dengan pengakuan wanita itu,” Kemarin kebetulan aku bertemu dengan Raka, sudah 11 tahun kami tak bertemu.  Aku benar-benar merindukan adik semata wayangku itu.  Kau tau? Raka tengah berjuang melawan penyakit yang kini tengah dideritanya.   Namun, karena melihatmu menangis, kondisinya bertambah buruk dan dokter tidak bisa menyelamatkannya lagi.  Ia baru dikuburkan pagi ini.  Untuk itu aku kesini atas amanah Raka, meluruskan kesalahpahaman kemarin,” tuturnya.
Dadaku remuk, nafasku sesak, kepalaku sakit, air mataku terus mengalir , aku menyesal ,a aku terlalu egois.
“Antarkan aku ke makamnya.
“Setibanya di makam Raka, aku menangis, tanahnya masih basah, bunga-bunganya pun masih segar.” Raka, aku minta maaf, karena tidak ada di sampingmu saat kau sedang sakit.  Aku benar-benar menyesal karena tidak menghiraukannya kemarin.  Andai saja, aku mendengarkan pasti kau masih ada disisiku.”  Aku masih menangis diatas gundukan tanah itu.  Ini surat untukmu,” aku terlambat memberikannya.
Hmm….
Sudah terlalu lama rupanya aku melamun disini.  Melamun memikirkan kesalahanku di masa lalu.  Memikirkan kata maaf yang belum sempat aku ucapkan.
Saat aku berdiri untuk pulang, tiba-tiba hawa dingin menyelimutiku.  Tampak sebuah sosok yang sangat kurindukan, yaitu Raka.  Aku berlari kesana.  Raka masih tersenyum.  Namun, saat aku ke sana Raka sudah tidak ada.  Hanya kabut putih yang ada disana, itu hanya halusinasiku.  Saat aku berbalik, terdengar sayup-sayup,” Aku memaafkanmu Manda, sekarang hapus air matamu dan tersenyumlah,”
Itu suara Raka, Aku janji Raka, tidak akan menangis lagi,” danau ini memang ajaib. Terima kasih.    



KATA MAAF UNTUK MANDA

          Sore itu, aku masih duduk di sebuah kursi tua di tepi danau cinta.  Aku tak tau nama danau itu, akan  tetapi karena bentuk danau itu menyerupai hati, maka kuberi nama danau itu danau cinta.  Danau ini tidak terlalu luas, namun tentu saja lebib luas dari kolam ikan yang ada di depan rumahku.  Di tempat inilah,  aku biasa menghabiskan waktu senja.  Ibuku selalu melarangku untuk pergi ke danau ini.  Konon katanya danau ini ada penunggunya.  Memang, aku sering merasa hawa yang aneh saat aku berada di sekitar danau ini,  namun hal ini kuanggap biasa saja.  Danau ini memang sering berkabut,  itulah sebabnya muncul cerita-cerita aneh tentang danau ini.  Sebenarnya kalau diperhatikan danau ini punya daya tarik tersendiri jika pandai memanfaatkannya.  Jujur, setiap aku pulang dari danau ini perasaanku yang tadinya kacau,  berangsur-angsur menjadi tenang, seolah-olah danau ini menyerap hawa negative dari diriku. 
            Mentari berangsur-angsur tenggelam.  Namun, aku masih tetap duduk di kursi ini.  Tanganku masih erat memegang secarik kertas berwarna merah muda itu.  Ini untuk kesekian kalinya aku membaca kertas ini.  Sebagian kata-katanya telah pudar, namun masih bisa dibaca.  Awalnya aku tak mengerti mengapa ia memberikan surat ini padaku, namun seiring berjalannya waktu aku tau apa maksud dari surat ini .





Dear Manda,

Saat aku telah tiada berjanjilah padaku,
Kau tidak akan pernah menghilangkannya dari wajahmu
Kau cantik saat tersenyum
Dan itu yang membuatku selalu mencintaimu
Aku tak ingin buat kau bersedih
Aku akan selalu ada di sampingmu
Meski ragaku tak bersamamu
Yakinlah
Aku akan selalu menjagamu dari atas sana
Percayalah kita akan bertemu di surga
Kita akan bahagia disana
                                                                       
                                                                    Love     
                                                             
                                                                    Raka

                                                                       Raka
 











Aku, Teressia Manda.  Sekarang aku tengah duduk di bangku kelas 3 SMA.  Saat –saat yang tepat utnuk merasakan cinta.  Namun,  hal ini tak berlaku bagiku, sejak kejadian itu, kehidupanku berubah.
            Satu tahun yang lalu………………
Ini adalah sekolah baruku.  Orang tuaku baru saja pindah tugas ke Bogor, tentu saja aku ikut dengan kedua orang tuaku.  Lagi pula,  aku tidak mempunyai saudara di Jakarta.
“Selamat pagi semua, perkenalkan namaku  Teressia Manda,  kalian bisa panggil Manda.  Aku murid pindahan dari Jakarta.  Aku harap kita bisa berteman dan mohon bantuannya.  Tepuk tangan mengiringi langkahku menuju meja.  Aku duduk di… sebelah laki-laki tampan.  Kulitnya putih , hidungnya mancung, tinggi.  Aku tak habis pikir,  masih ada ya laki-laki setampan dia di kota kecil ini.
            “Hai……. Namaku  Manda, kalau kamu,” aku berusaha untuk berkenalan dan bersikap manis padanya,” Panggil aku Raka,” jawabnya dingin tanpa menoleh sedikitpun kearah ku.  Huft… sombong sekali cowok ini.  Diajak kenalan nggak mau.  Kalau nggak ingat dia itu tampan, hmm…. Dah habis dia tu.
Ngomong-ngomong, aku  bicaranya terlalu formal ya.  Ok,  sekarang aku akan berbicara layaknya remaja umumnya.
            Selama 3 jam pelajaran ini aku memperhatikan guru menerangkan tentang pendudukan Belanda di Indonesia.  Sekarang adalah waktunya pelajaran sejarah.  Sejarah termasuk pelajaran favoritku,  sesekali jika ada hal-hal penting aku langsung mencatatnya.  Bel istirahatpun berbunyi.  Karena perutku sudah keroncongan, aku ingin cepat-cepat sampai di kantin.  Namun, kulihat Raka tetap di kelas, duduk rapi di bangkunya dan membaca sebuah novel.  Cowok ini memang benar-benar cowok langka. Udah jarang banget gitu ya di Indonesia, cowok tampan , cool and suka baca novel. Ckckck , pokoknya aku harus bisa deket sama dia .
  “Raka, lo gak jajan,”tanyaku.
“Buat apa lo urusin urusan yang mestinya gak loe urus.  Dan satu lagi jangan bersikap sok manis di depan gue,” jawabnya ketus.
Seketika itu juga emosiku naik, harga diriku serasa diinjak-injak.
“bukk…tanganku memukul meja dengan kerasnya, sehingga seisi kelas melihatku, tapi aku tak peduli, aku sudah terlalu sakit hati dengan makhluk ini.
“heh, lo dengar ya, gue gak minat juga urusin urusan lo.  Gue Cuma nanyakan, emangnya salah?.  Jangan mentang-mentang lo  tu cakep, lo bisa bentak-bentak orang seenaknya.  Orang kayak lo ne mestinya gak ada di bumi ini, bikin rusuh aja.  Dan satu hal lagi, gue pengen berteman sama lo.  Tapi , lo gak pernah menghargain gue,” bentakku.
“Ooo…..jadi lo mau di hargain, berapa? Dua puluh ribu? Nich …ambil, kalau kurang bilang aja cemeehnya.
Plaak….
Sebuah tamparan indah melekat di pipi, mulusnya sebelah kiri
“Ini buat omongan lo yang kurang ajar tadi,” setelah itu aku pergi ke kantin.
Saat kembali ke kelas, suasana hatiku masih panas.  Apalagi saat bertemu dengan si cowok sok cakep ini.  Ingin rasanya aku pulang, daripada disini, atmosfernya ga enak.  Selama pelajaran berlangsung, tak satupun materi dari guru yang bisa kuserap. Tapi aku tetap memperhatikan guru saat menerangkan.
Teeettt……..
Bel berbunyi, pertanda  pelajaran  telah berakhir dan waktu pulang telah menanti.  Akhirnya, aku bebas dari neraka ini.  Kurapikan buku-buku yang tadinya berantakan di atas meja.  Setelah ini berdoa dan mengucapkan salam pada guru.
Tiba-tiba, sebuah tangan menarikku, reflex ku melihat ke belakang.  Nah , ni cowok benar-benar cari mati ya,  Jelas-jelas aku lagi marah ama dia , eh, dia lancang megang tanganku.
“ Eh, lepasin donk, gue mau pulang, atau lo mau  gue tampar lagi, tantangku.
“Gak kok, aku Cuma mau ngomong sama kamu aja, berdua, “ tuturnya.
What’s…..???  apa tadi aku –kamu.  Kena angin apa ni orang ? Perasaan hari ini cerah-cerah aja.  Hujan gak ada, awan hitam juga nggak, petir juga nggak kedengaran, apalagi badai.  Ne orang benar-benar aneh ya.  Tadi ngehina sekarang baik-baik , kesambet mungkin ya…
“ Mau ngomong apa ? cepetan, gue nggak punya waktu ! lima menit!!!!!!!
Dia tetap diam, tak bergeming sedikitpun, aku mulai kesal karena dari tadi dia hanya diam.
“ Lo tu mau ngomong apa sih…? Kalo lo nggak mau ngomong, gue pulang aja dech.   Masih banyak hal lain yang lebih berguna yang bisa gue kerjain.  Aku berkata sambil perlahan menuju pintu kelas…
“ Aku minta maaf…”ia berkata sambil berteriak.
Seketika aku menoleh.  Gua menyangka lo akan nekat berkata itu.  Wajahnya merah dan matanya mengeluarkan tetesan-tetesan air mata. Dia menangis.  Ia langsung duduk dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya .  Ia masih tersedu-sedu.  Aku tak tega melihatnya.  Ku beranikan diri untuk mendekatinya.
“kamu, kamu , kenapa menangis ? tanyaku.
“Aku benar-benar menyesal karena telah membuatmu marah padaku, aku tidak bermaksud begitu.  Sekali lagi maafkan aku manda.”
Ini pertama kalinya dia menyebut namaku, suaranya lembut dan hangat.  Tidak seperti tadi.  Aku menemukan sosoknya yang lain, yang lembut dan penuh kasih sayang.
“Aku ….tidak bermaksud berkata seperti itu kepadamu, tapi jujur aku sedang banyak masalah, tuturnya.
“ Kalau kuu mau, kau bisa menceritakannya padaku, siapa tau, dengan kau menceritakannya bisa mengurangi beban pikiranmu,” kataku berusaha meyakinkan.
Awalnya ia tampak ragu-ragu, namun akhirnya ia mau juga menceritakannya padaku.
Singkat cerita, ia menceritakan semuanya padaku.  Dari sanalah aku tau, Raka adalah seorang anak dari keluarga broken home.  Hidupnya menjadi tak terurus saat kedua orang tuanya bercerai.  Ia diasuh oleh neneknya.  Namun dua hari yang lalu neneknya meninggal.  Satu-satunya orang yang ia sayangi telah meninggalkannya.  Karena itulah yang menjadikannya pribadi yang dingin dan tidak ramah.  Padahal sebenarnya dia anak yang baik, sopan, dan ceria.  Namun, pengalaman hidup membuatnya kehilangan segala kebahagian tersebut.   Sejak kejadian itu kami berdua mulai dekat.  Hari demi hari kami lewati bersama.  Namun , kami masih dalam hubungan teman.
Namun akhir-akhir ini, aku merasakan hal yang aneh bila berada didekatnya.  Rasa yang tak biasa ku alami sebelumnya apakah mungkin aku jatuh cinta pada Raka?  Tapi, apakah Raka punya perasaan yang sama padaku?  Aku tak mau terlalu berharap padanya karena apabila aku tidak mendapatkan harapan tersebut, tentu aku akan sangat kecewa.
Tidak terasa sudah satu bulan kujalani cinta yang indah dengan Raka.  Ia begitu romantic.  Namun itu hanya berjalan selama 1 bulan.  Setelah itu ia juga jaga jarak denganku, entah apa sebabnya.  Aku sama sekali tidak mengerti.  Muncul pikiran-pikiran aneh tentangnya. 
Sudah satu minggu ini dia tak masuk sekolah, Aku mulai cemas jangan-jangan dia sakit.  Namun, saat aku tiba dirumahnya, tidak ada siapa-siapa , rumahnya sepi.  Aku Tanya kepada tetangganya.  Tetangganya berkata bahwa Raka masuk rumah sakit.  Saat itu juga aku langsung memacu jazzku kerumah sakit.  Setibaku di kamarnya, aku melihat seorang gadis tengah menyuapinya makan, tampak mesra.  Dadaku seperti di robek-robek, tanpa kusadari   bulir-bulir air mata jatuh membasahi pipiku.
Aku berlari sekencang-kencangnya.  Terdengar dari belakang Raka memanggil-manggilku. Aku tak peduli lagi, aku benci  Raka, aku benci.
Keesokan harinya, perempuan yang kemarin aku lihat,” Bisa kita bicara sebentar,” katanya.
Aku hanya menurut.  Mungkin kau sudah salah paham tentang yang kemarin.  Perkenalkan , namaku Sucia Aditya, aku kakak kandungnya Raka.   Aku sangat terkejut dengan pengakuan wanita itu,” Kemarin kebetulan aku bertemu dengan Raka, sudah 11 tahun kami tak bertemu.  Aku benar-benar merindukan adik semata wayangku itu.  Kau tau? Raka tengah berjuang melawan penyakit yang kini tengah dideritanya.   Namun, karena melihatmu menangis, kondisinya bertambah buruk dan dokter tidak bisa menyelamatkannya lagi.  Ia baru dikuburkan pagi ini.  Untuk itu aku kesini atas amanah Raka, meluruskan kesalahpahaman kemarin,” tuturnya.
Dadaku remuk, nafasku sesak, kepalaku sakit, air mataku terus mengalir , aku menyesal ,a aku terlalu egois.
“Antarkan aku ke makamnya.
“Setibanya di makam Raka, aku menangis, tanahnya masih basah, bunga-bunganya pun masih segar.” Raka, aku minta maaf, karena tidak ada di sampingmu saat kau sedang sakit.  Aku benar-benar menyesal karena tidak menghiraukannya kemarin.  Andai saja, aku mendengarkan pasti kau masih ada disisiku.”  Aku masih menangis diatas gundukan tanah itu.  Ini surat untukmu,” aku terlambat memberikannya.
Hmm….
Sudah terlalu lama rupanya aku melamun disini.  Melamun memikirkan kesalahanku di masa lalu.  Memikirkan kata maaf yang belum sempat aku ucapkan.
Saat aku berdiri untuk pulang, tiba-tiba hawa dingin menyelimutiku.  Tampak sebuah sosok yang sangat kurindukan, yaitu Raka.  Aku berlari kesana.  Raka masih tersenyum.  Namun, saat aku ke sana Raka sudah tidak ada.  Hanya kabut putih yang ada disana, itu hanya halusinasiku.  Saat aku berbalik, terdengar sayup-sayup,” Aku memaafkanmu Manda, sekarang hapus air matamu dan tersenyumlah,”
Itu suara Raka, Aku janji Raka, tidak akan menangis lagi,” danau ini memang ajaib. Terima kasih.    



aku tercipta bukan untuk kau sakiti


Aku Tercipta Bukan untuk Kau Sakiti

Aku masih terlalu sakit untuk bangun dari kisah kelamku. Begitu pedih rasanya kisah cintaku kali ini. Awan hitam seakan memayungi langkahku. Aku ingin menutup kisah ini.
Beberapa bulan yang lalu......
Nana Haruta adalah nama yang diberikan orang tuaku sejak aku lahir. Aku berdarah campuran. Papaku keturunan Jepang, dan mamaku keturunan Jawa asli. Aku memiliki seorang kakak laki-laki yang bernama Renji Yozuke. Ia adalah mahasiswa sastra Jepang di sebuah universitas negeri di Yogyakarta. Sedangkan aku adalah siswi kelas 2 di SMA negeri unggulan di Jakarta.
Kehidupanku sehari-hari dipenuhi dengan kemewahan. Tapi, aku tidak pernah mau memanfaatkan itu. Setiap hari, aku pergi ke sekolah dengan angkutan umum. Padahal, papa sudah menyediakan mobil untukku beserta supir pribadi. Namun, aku tak menggunakan itu. Aku tidak ingin semua kemewahan yang aku miliki menjadikan aku seorang anak yang manja. Kakakku juga sama halnya sepertiku. Ia ingin hidupnya sederhana dan mandiri. Bahakan ia sekarang sedang bekerja part-time di sebuah kafe. Pada awalnya papa melarang ide nekatnya ini. Namun berkat penjelasan yang ia berikan, sedikit demi sedikit papa mulai bisa menerimanya. Karena kerja kerasnya, sekarang ia sudah diangkat menjadi asisten manajer. Aku bangga memiliki kakak seperti dia.
Pagi ini aku berangkat lebih pagi dari biasanya. Hari ini adalah jadwalku piket di kelas. Setelah berpamitan dengan mama dan papa, akupun berlari ke arah pagar untuk menunggu angkutan umum. Beberapa menit kemudian, yang aku tunggu pun tiba. Tanpa memberi aba-aba, mobilnya sudah berhenti di hadapanku. Aku memang selalu naik mobil ini. Makanya, supir dan kneknya mengenaliku.
“Non Nana kok masih naik angkot sih?. Padahal Non Nana kan punya mobil mewah,”ujar pak Udin supir angkot itu dengan lugunya.
“Lah, kalau saya pake mobil , ntar penumpang Pak Udin gak ada lagi lho,”jawabku.
“Iya juga sih Non. Tapi , orang terpandang kayak Non ini emang gak pantes naik mobil butut ni,”pak Udin berusaha membenarkan kata-katanya.
“Biasa aja lagi Pak. Semua orang sama kan di mata Allah?. Hanya amal ibadah lah yang akan membedakan manusia kelak,”ujarku dengan penuh wibawa.
“Iya deh Non. Ngomong-ngomong udah sampai ne Non. Buruan Non, ntar keburu tutup lo gerbangnya”.
“Eh,iya Pak. Ni uangnya Pak. Makasih ya Pak”.
Aku turun tergesa-gesa  dari mobil. Pak Jarwo sang penjaga sekolah sudah bersiap-siap untuk menutup pagar.  Aiihh, pak Jarwo memang terlalu disiplin menutup pagar. Segera aku berlari, karena aku tidak mau dikurung di luar pagar. Hmmm, akhirnya aku bisa melewati pagar dengan selamat. Namun , tiba-tiba.....
Buuukkk...
“Auu, sakit banget. Siapa sih yang narok orang disini?,”ujarku sambil memegangi kepalaku yang terbentur benda keras itu.
Aku menengadahkan kepala, dan aku sangat terkejut ketika melihat yang kutabrak tadi adalah siswa kelas satu, dan yang parahnya lagi dia adalah Haris , musuh bebuyutanku. Aku akan menceritakan sedikit tentang sejarah Haris menjadi musuh bebuyutanku. Aku aktif dalam organisasi Rohis di sekolah dan aku menjabat sebagai bendahara Rohis. Haris adalah koordinator dari bidang humas(hubungan masyarakat). Pada awalnya kami tidak saling mengenal, namun karena sering bertemu dalam forum makanya kami menjadi saling kenal. Tapi perkenalan kami tidak diawali dengan sebuah keindahan. Kami mulai dekat karena dia sering menjahiliku. Mulai dari menertawaiku, mengganggu sampai dengan perang batu. Tega banget ya, ampe batu juga diikutsertakan.
“Hei ayam, lo kok bengong sih?. Terpesona ya liat gue yang ganteng?,”ia berkata dengan penuh rasa percaya diri.
“Idih, ogah banget gue liat kebo kayak lo. Bisa katarak nich mata gue. Lagian lo pede banget sih bilang diri lo ganteng. Kagak punya cermin ya di rumah?. Aduh kasian, ntar gue beliin deh,”aku pun segera pergi dari hadapan si kebo.
Setiba di pintu kelas, ternyata guru belum masuk. Aman, gak kan kena omel lagi. Aku meletakkan tas di meja dan segera mengeluarkan makanan dari dalm tas dengan raut wajah yang setengah ditekuk.
“Biar gue tebak, pasti ribut ama kebo kan?,”Vita membuatku berhenti mengunyah makanan.
“Ehmm ehmm, kuq ditekuk gitu sih mukanya?. Kayak karpet mushola tau ,”timpal Gege.
“Ribut ribut tapi seneng kan ?,”kata kata Uci membuat wajahku bersemu merah.
Aku tidak dapat memungkiri perasaanku. Walaupun Haris sering menjahiliku, namun aku menyukainya. Entah sejak kapan aku rasakan ini, yang pasti sejak aku dekat dengan Haris. Aku akui, ia memang tampan, namun aku tak berani untuk mengungkapkannya. Aku takut cintaku bertepuk sebelah tangan. Hanya kepada Vita, Gege dan Uci aku mampu mengungkapkannya. Dan aku juga malu,karena aku adalah kakak kelasnya. Apakah ia mau menerima aku yang notabennya lebih tua daripada dia?. Aku tak mau ambil pusing dalam hal ini. Biarlah waktu yang menjawabnya.
***
Akhir-akhir ini Haris jarang mengganggu ku lagi. Jujur, aku merasakan kesepian karena tak ada dia. Malahan,aku sering melihatnya murung. Aku tidak mau mencampuri urusannya. Lagipula , aku bukan siapa-siapa untuknya. Hanya kakak kelas.
Malam ini, tampaknya aku akan begadang. Tugas-tugas yang diberikan guru sangat banyak. Aku sampai bingung yang mana yang akan aku kerjakan dahulu.
Tiba-tiba, hpku berdering. Ada sebuah pesan masuk, dan itu dari Haris !!!
From: Haris <08566903xxxx>
Ayam.......
Waw, aku seneng banget. Ya , walaupun dia manggil aku ayam, tapi gak apa-apa deh.
Iya, ada apa kebo ???
Tak lama kemudian datang balasan dari Haris.

From: Haris <08566903xxxx>
Gak ada nih yam, Cuma pengen sms aja
Btw, lagi ngapain yam?.
Pasti lagi bikin tugas ya ?
Aku tertegun membaca pesan dari Haris. Kok dia bisa tau ya ??. hmmm, udah jodoh kali ya , hehehe. Aku segera membalas SMS dari Haris tadi.
Iya nich, tugasnya bejibun.
Gila, guru-guru gak pernah capek ya meriksain tugas.
Tapi ne udah hampir siap nich.
Tumben kebo sms, ada gerangan apa ne ??
Aku kembali melanjutkan tugas yang sempat tertunda tadi. Tak lama kemudian, datang sms dari Haris. Ne orang cepet banget ya bales sms nya.
From: Haris <08566903xxxx>
Sama nih yam.
Aku juga lagi bikin tugas kesenian disuruh buk Tuti.
Mana susah lagi.
Sehati banget kan aku ama dia.

Pasti disuruh bikin not balok kan?.
Aku juga dulu disuruh kayak gitu.
Hehehe, besok aku bantu deh.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 23.30. Mataku sudah mengantuk, namun aku lawan itu semua demi menemani Haris.
From: Haris <08566903xxxx>
Bener nich ?
Aku tunggu dibawah pohon ya besok.
Tapi kalau ayam udah ngantuk, tidur aja duluan.
Perhatian banget sih dia. Makin suka deh.
Aku nemenin kamu dulu aja.
Kasian kamunya sendiri.
Oya, mulai sekarang kita damai ya.
Panggil aku Nana, dan aku akan manggil kamu Haris.
Lama-lama emang bosan sih berantem terus. Gak ada salahnya kan buat akur.
From: Haris <08566903xxxx>
Iya Na. Oya aku mau nanya sesuatu nih.
Hatiku sedikit berdebar-debar membaca sms nya ini. Namun, aku belum membalasnya. Mataku yang mengantuk membuat aku terlelap.
***
Keesokan harinya, saat aku telah berada di dekat gerbang sekolah, tampak olehku Haris yang tampaknya sedang menunggu seseorang di dekat gerbang. Apakah ia menungguku ?. Tapi sepertinya tidak mungkin, semalam saja sms yang dikirimnya tidak sempat ku balas.
Aku berjalan dengan langkah pelan, sedikit lagi aku sampai didekatnya. Aku berusaha tenang. Tiba-tiba,
“Nana, aku ingin menagih janjimu yang semalam,”Haris menghampiri ku.
“Iya, mana kertasnya. Biar aku yang kerjakan,”ujarku seraya mengambil kertas itu, dan berjalan menuju kelas.
Pada waktu istirahat , aku benar-benar bingung mengerjakan tugas ini. sudah lama aku tidak menulis not balok. Kalau tidak Haris yang meminta, aku tidak mau mengerjakan ini. aku lalu mengirimi ia pesan untuk datang ke kelas. Tak lama kemudian , ia pun menunjukkan batang hidungnya. Aku mendengus kesal karena tidak dapat mengerjakan ini. tiba-tiba, Haris menarik tanganku. Aku tidak tahu ia mau mengajakku kemana.
Ternyata, ia mengajakku duduk di bawah sebuah pohon yang rindang. Aku menuruti langkahnya. Haris mengisyaratkanku untuk duduk disampingnya. Hatiku berdegup kencang. Wajahku bersemu merah. Entah malu karena ia adik kelasku atau karena perasaanku yang tak mampu disembunyikan bahwa sebenarnya aku menyukainya.
Haris menatapku, dann kemudian mulai membuka pembicaraan .
“Nana, aku tahu, mungkin aku tidak pantas mengatakan ini. Namun, aku tidak bisa memendamnya terlalu lama. Sudah lama aku ingin mengungkapkannya, tapi aku belum berani. Aku rasa, ini adalah waktu yang tepat untuk mengatakannya.”
Suasana hening, hening dan membisu.lebih hening daripada sebuah pemakaman.
“Na, aku sudah lama menyukaimu. Mungkin sejak kita sering bertengkar. Aku merasakan dirimu begitu berbeda dengan wanita lainnya. Aku tidak peduli jika umurmu lebih tua dibandingkan aku. Cinta tak  pandang usia kan. Nah, sekarang dengarkan aku. Would you be my girl ?,”Haris menggenggam tanganku.
Apakah ini mimpi ?. Haris nembak aku ???. Sudah lama aku menanti moment ini, dan akhirnya impianku terwujud.
“Maaf Haris, tampaknya aku tidak bisa.....”
Haris tampak tertunduk, badannya tampak letih.
“Aku tidak bisa menolakmu Haris. Aku juga menyukaimu,”ujarku melanjutkan perkataan ku tadi.
Tampak senyum mengembang dari bibir Haris, ia berteriak kegirangan. Aku yang menyaksikan itu juga tersenyum melihat tingkahnya. Hari ini, adalah hari yang tak ingin kulupakan

***
Haris Noval Riyandi, adalah satu dari sekian banyak nama yang ingin aku hapus dari ingatanku. Kenangan yang manis itu seakan membuatku muak. Kata-katanya membuat aku terhanyut dan membuatku tidak sadar melambung terlalu tinggi. Seakan aku lupa sewaktu-waktu ia dapat menghempaskan tubuhku ke tanah. Dan begitu aku sadar, aku telah berada di tanah kering yang kasar , dan disana begitu hampa, tak ada kehidupan. Aku ingin keluar dari sana, namun begitu sulit rasanya. Awan hitam mencengkram kuat tubuhku. Aku tak mampu lari. Suasana gelap, dingin , dan mencekam. Aku masih berdiri di bayangan Haris. Kalian pasti bertanya-tanya, mengapa aku begitu membenci Haris. Inilah kisahku.
Aku sudah 5 bulan menjalani hubungan dengan Haris. Semuanya tampak baik-baik saja. Namun, semua itu begitu cepat berlalu ketika Haris meninggalkan aku karena ia harus menjadi sebuah vokalis band ternama di Jakarta. Ia jadi begitu sibuk dengan urusannya. Ia lupa dengan janji yang ia ucapkan padaku.
Saat ia pulang pun, sikapnya jadi berubah 180o. Ia sama sekali tidak mengacuhkanku. Hubungan kami tidak seperti dulu lagi. Semua canda tawa sirna ditelan oleh kegelapan. Matahari tidak lagi menyinari, tertutup oleh kabut hitam yang sangat tebal.
Aku merasa hubungan ini tidak akan bertahan lama. Dan dugaanku ini tidak meleset. Tepat 10 hari menjelang sweet seventeen ku, hubungan kami berakhir. Alasan ia memutuskanku adalah karena kami memiliki hubungan keluarga. Padahal, orangtuaku sudah menyetujui hubungan kami. Yang lebih menyakitkan adalah , ia bertunangan dengan wanita yang telah dipilih oleh orangtuanya. Hatiku benar-benar hancur melihat lelaki yang aku cintai berdampingan dengan seorang wanita yang semestinya itu adalah aku. Aku seperti orang gila saat itu. Hidupku jadi tak menentu. Beberapa kali aku coba untuk menghilangkan nyawaku, namun kegagalan yang aku temui. Sesaat aku tersadar. Aku telah jauh dari agama. Aku mulai mendekatkan diri lagi kepada agama. Hidupku berangsur membaik.
Ait mataku berlinang ketika mengingat kejadian pahit itu. Aku merobek buku diary ku yang sedari tadi berada dipangkuanku. Aku ingin menghilangkan semua yang membuatku menjadi sakit. Hanya sebuah puisi yang tidak ku robek. Untaian kata yang merupakan isi hatiku. Puisi yang aku buat saat aku berulang tahun ke 17. Inilah puisiku.
Aku Tercipta Bukan untuk Kau Sakiti
Aku terlalu memujamu
aku terlalu menyayangimu
kau buaiku dengan kata-kata indahmu
membuatku merasa seperti di surga
kau lambungkan aku setinggi-tingginya , namun kau jatuhkan aku
kau jatuhkan aku disaat kubutuhkanmu
saat ku ingin kamu tuk berada di sisiku
kau  tinggalkan aku dengan tangis
aku tak ingin hidup di bayanganmu lagi
akupun diciptakan bukan untuk kau sakiti