KATA MAAF UNTUK MANDA
Sore itu, aku masih duduk di sebuah kursi tua di tepi danau cinta. Aku tak tau nama danau itu, akan tetapi karena bentuk danau itu menyerupai
hati, maka kuberi nama danau itu danau cinta.
Danau ini tidak terlalu luas, namun tentu saja lebib luas dari kolam
ikan yang ada di depan rumahku. Di
tempat inilah, aku biasa menghabiskan
waktu senja. Ibuku selalu melarangku
untuk pergi ke danau ini. Konon katanya
danau ini ada penunggunya. Memang, aku
sering merasa hawa yang aneh saat aku berada di sekitar danau ini, namun hal ini kuanggap biasa saja. Danau ini memang sering berkabut, itulah sebabnya muncul cerita-cerita aneh
tentang danau ini. Sebenarnya kalau
diperhatikan danau ini punya daya tarik tersendiri jika pandai
memanfaatkannya. Jujur, setiap aku pulang
dari danau ini perasaanku yang tadinya kacau,
berangsur-angsur menjadi tenang, seolah-olah danau ini menyerap hawa
negative dari diriku.
Mentari berangsur-angsur tenggelam. Namun, aku masih tetap duduk di kursi
ini. Tanganku masih erat memegang secarik
kertas berwarna merah muda itu. Ini
untuk kesekian kalinya aku membaca kertas ini.
Sebagian kata-katanya telah pudar, namun masih bisa dibaca. Awalnya aku tak mengerti mengapa ia
memberikan surat ini padaku, namun seiring berjalannya waktu aku tau apa maksud
dari surat ini .
Dear
Manda,
Saat
aku telah tiada berjanjilah padaku,
Kau
tidak akan pernah menghilangkannya dari wajahmu
Kau
cantik saat tersenyum
Dan
itu yang membuatku selalu mencintaimu
Aku
tak ingin buat kau bersedih
Aku
akan selalu ada di sampingmu
Meski
ragaku tak bersamamu
Yakinlah
Aku
akan selalu menjagamu dari atas sana
Percayalah
kita akan bertemu di surga
Kita
akan bahagia disana
Love
Raka
Raka
|
Aku, Teressia Manda. Sekarang aku tengah duduk di bangku kelas 3
SMA. Saat –saat yang tepat utnuk
merasakan cinta. Namun, hal ini tak berlaku bagiku, sejak kejadian
itu, kehidupanku berubah.
Satu tahun yang lalu………………
Ini adalah sekolah
baruku. Orang tuaku baru saja pindah
tugas ke Bogor, tentu saja aku ikut dengan kedua orang tuaku. Lagi pula,
aku tidak mempunyai saudara di Jakarta.
“Selamat pagi semua,
perkenalkan namaku Teressia Manda, kalian bisa panggil Manda. Aku murid pindahan dari Jakarta. Aku harap kita bisa berteman dan mohon
bantuannya. Tepuk tangan mengiringi
langkahku menuju meja. Aku duduk di…
sebelah laki-laki tampan. Kulitnya putih
, hidungnya mancung, tinggi. Aku tak
habis pikir, masih ada ya laki-laki setampan dia di kota
kecil ini.
“Hai……. Namaku
Manda, kalau kamu,” aku berusaha untuk berkenalan dan bersikap manis
padanya,” Panggil aku Raka,” jawabnya dingin tanpa menoleh sedikitpun kearah
ku. Huft… sombong sekali cowok ini. Diajak kenalan nggak mau. Kalau nggak ingat dia itu tampan, hmm…. Dah
habis dia tu.
Ngomong-ngomong, aku bicaranya terlalu formal ya. Ok,
sekarang aku akan berbicara layaknya remaja umumnya.
Selama 3 jam pelajaran ini aku memperhatikan guru
menerangkan tentang pendudukan Belanda di Indonesia. Sekarang adalah waktunya pelajaran
sejarah. Sejarah termasuk pelajaran
favoritku, sesekali jika ada hal-hal penting aku langsung
mencatatnya. Bel istirahatpun
berbunyi. Karena perutku sudah
keroncongan, aku ingin cepat-cepat sampai di kantin. Namun, kulihat Raka tetap di kelas, duduk
rapi di bangkunya dan membaca sebuah novel.
Cowok ini memang benar-benar cowok langka. Udah jarang banget gitu ya di
Indonesia, cowok tampan , cool and suka baca novel. Ckckck , pokoknya aku harus
bisa deket sama dia .
“Raka, lo gak jajan,”tanyaku.
“Buat apa lo urusin urusan
yang mestinya gak loe urus. Dan satu
lagi jangan bersikap sok manis di depan gue,” jawabnya ketus.
Seketika itu juga emosiku
naik, harga diriku serasa diinjak-injak.
“bukk…tanganku memukul
meja dengan kerasnya, sehingga seisi kelas melihatku, tapi aku tak peduli, aku
sudah terlalu sakit hati dengan makhluk ini.
“heh, lo dengar ya, gue
gak minat juga urusin urusan lo. Gue
Cuma nanyakan, emangnya salah?. Jangan
mentang-mentang lo tu cakep, lo bisa
bentak-bentak orang seenaknya. Orang
kayak lo ne mestinya gak ada di bumi ini, bikin rusuh aja. Dan satu hal lagi, gue pengen berteman sama
lo. Tapi , lo gak pernah menghargain
gue,” bentakku.
“Ooo…..jadi lo mau di
hargain, berapa? Dua puluh ribu? Nich …ambil, kalau kurang bilang aja
cemeehnya.
Plaak….
Sebuah tamparan indah
melekat di pipi, mulusnya sebelah kiri
“Ini buat omongan lo yang
kurang ajar tadi,” setelah itu aku pergi ke kantin.
Saat kembali ke kelas,
suasana hatiku masih panas. Apalagi saat
bertemu dengan si cowok sok cakep ini.
Ingin rasanya aku pulang, daripada disini, atmosfernya ga enak. Selama pelajaran berlangsung, tak satupun
materi dari guru yang bisa kuserap. Tapi aku tetap memperhatikan guru saat
menerangkan.
Teeettt……..
Bel berbunyi,
pertanda pelajaran telah berakhir dan waktu pulang telah
menanti. Akhirnya, aku bebas dari neraka
ini. Kurapikan buku-buku yang tadinya
berantakan di atas meja. Setelah ini
berdoa dan mengucapkan salam pada guru.
Tiba-tiba, sebuah tangan
menarikku, reflex ku melihat ke belakang.
Nah , ni cowok benar-benar cari mati ya,
Jelas-jelas aku lagi marah ama dia , eh, dia lancang megang tanganku.
“ Eh, lepasin donk, gue
mau pulang, atau lo mau gue tampar lagi,
tantangku.
“Gak kok, aku Cuma mau
ngomong sama kamu aja, berdua, “ tuturnya.
What’s…..??? apa tadi aku –kamu. Kena angin apa ni orang ? Perasaan hari ini
cerah-cerah aja. Hujan gak ada, awan
hitam juga nggak, petir juga nggak kedengaran, apalagi badai. Ne orang benar-benar aneh ya. Tadi ngehina sekarang baik-baik , kesambet
mungkin ya…
“ Mau ngomong apa ?
cepetan, gue nggak punya waktu ! lima menit!!!!!!!
Dia tetap diam, tak
bergeming sedikitpun, aku mulai kesal karena dari tadi dia hanya diam.
“ Lo tu mau ngomong apa
sih…? Kalo lo nggak mau ngomong, gue pulang aja dech. Masih banyak hal lain yang lebih berguna
yang bisa gue kerjain. Aku berkata
sambil perlahan menuju pintu kelas…
“ Aku minta maaf…”ia
berkata sambil berteriak.
Seketika aku menoleh. Gua menyangka lo akan nekat berkata itu. Wajahnya merah dan matanya mengeluarkan
tetesan-tetesan air mata. Dia menangis.
Ia langsung duduk dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya . Ia masih tersedu-sedu. Aku tak tega melihatnya. Ku beranikan diri untuk mendekatinya.
“kamu, kamu , kenapa
menangis ? tanyaku.
“Aku benar-benar menyesal
karena telah membuatmu marah padaku, aku tidak bermaksud begitu. Sekali lagi maafkan aku manda.”
Ini pertama kalinya dia
menyebut namaku, suaranya lembut dan hangat.
Tidak seperti tadi. Aku menemukan
sosoknya yang lain, yang lembut dan penuh kasih sayang.
“Aku ….tidak bermaksud
berkata seperti itu kepadamu, tapi jujur aku sedang banyak masalah, tuturnya.
“ Kalau kuu mau, kau bisa
menceritakannya padaku, siapa tau, dengan kau menceritakannya bisa mengurangi
beban pikiranmu,” kataku berusaha meyakinkan.
Awalnya ia tampak
ragu-ragu, namun akhirnya ia mau juga menceritakannya padaku.
Singkat cerita, ia
menceritakan semuanya padaku. Dari
sanalah aku tau, Raka adalah seorang anak dari keluarga broken home. Hidupnya menjadi tak terurus saat kedua orang
tuanya bercerai. Ia diasuh oleh
neneknya. Namun dua hari yang lalu
neneknya meninggal. Satu-satunya orang
yang ia sayangi telah meninggalkannya.
Karena itulah yang menjadikannya pribadi yang dingin dan tidak ramah. Padahal sebenarnya dia anak yang baik, sopan,
dan ceria. Namun, pengalaman hidup
membuatnya kehilangan segala kebahagian tersebut. Sejak kejadian itu kami berdua mulai
dekat. Hari demi hari kami lewati
bersama. Namun , kami masih dalam
hubungan teman.
Namun akhir-akhir ini, aku
merasakan hal yang aneh bila berada didekatnya.
Rasa yang tak biasa ku alami sebelumnya apakah mungkin aku jatuh cinta
pada Raka? Tapi, apakah Raka punya
perasaan yang sama padaku? Aku tak mau
terlalu berharap padanya karena apabila aku tidak mendapatkan harapan tersebut,
tentu aku akan sangat kecewa.
Tidak terasa sudah satu
bulan kujalani cinta yang indah dengan Raka.
Ia begitu romantic. Namun itu
hanya berjalan selama 1 bulan. Setelah
itu ia juga jaga jarak denganku, entah apa sebabnya. Aku sama sekali tidak mengerti. Muncul pikiran-pikiran aneh tentangnya.
Sudah satu minggu ini dia
tak masuk sekolah, Aku mulai cemas jangan-jangan dia sakit. Namun, saat aku tiba dirumahnya, tidak ada
siapa-siapa , rumahnya sepi. Aku Tanya
kepada tetangganya. Tetangganya berkata
bahwa Raka masuk rumah sakit. Saat itu
juga aku langsung memacu jazzku kerumah sakit.
Setibaku di kamarnya, aku melihat seorang gadis tengah menyuapinya
makan, tampak mesra. Dadaku seperti di
robek-robek, tanpa kusadari bulir-bulir
air mata jatuh membasahi pipiku.
Aku berlari
sekencang-kencangnya. Terdengar dari
belakang Raka memanggil-manggilku. Aku tak peduli lagi, aku benci Raka, aku benci.
Keesokan harinya,
perempuan yang kemarin aku lihat,” Bisa kita bicara sebentar,” katanya.
Aku hanya menurut. Mungkin kau sudah salah paham tentang yang
kemarin. Perkenalkan , namaku Sucia
Aditya, aku kakak kandungnya Raka. Aku
sangat terkejut dengan pengakuan wanita itu,” Kemarin kebetulan aku bertemu dengan
Raka, sudah 11 tahun kami tak bertemu.
Aku benar-benar merindukan adik semata wayangku itu. Kau tau? Raka tengah berjuang melawan
penyakit yang kini tengah dideritanya.
Namun, karena melihatmu menangis, kondisinya bertambah buruk dan dokter
tidak bisa menyelamatkannya lagi. Ia
baru dikuburkan pagi ini. Untuk itu aku
kesini atas amanah Raka, meluruskan kesalahpahaman kemarin,” tuturnya.
Dadaku remuk, nafasku
sesak, kepalaku sakit, air mataku terus mengalir , aku menyesal ,a aku terlalu
egois.
“Antarkan aku ke makamnya.
“Setibanya di makam Raka,
aku menangis, tanahnya masih basah, bunga-bunganya pun masih segar.” Raka, aku
minta maaf, karena tidak ada di sampingmu saat kau sedang sakit. Aku benar-benar menyesal karena tidak menghiraukannya
kemarin. Andai saja, aku mendengarkan
pasti kau masih ada disisiku.” Aku masih
menangis diatas gundukan tanah itu. Ini
surat untukmu,” aku terlambat memberikannya.
Hmm….
Sudah terlalu lama rupanya
aku melamun disini. Melamun memikirkan
kesalahanku di masa lalu. Memikirkan
kata maaf yang belum sempat aku ucapkan.
Saat aku berdiri untuk
pulang, tiba-tiba hawa dingin menyelimutiku.
Tampak sebuah sosok yang sangat kurindukan, yaitu Raka. Aku berlari kesana. Raka masih tersenyum. Namun, saat aku ke sana Raka sudah tidak
ada. Hanya kabut putih yang ada disana,
itu hanya halusinasiku. Saat aku
berbalik, terdengar sayup-sayup,” Aku memaafkanmu Manda, sekarang hapus air
matamu dan tersenyumlah,”
Itu suara Raka, Aku janji
Raka, tidak akan menangis lagi,” danau ini memang ajaib. Terima kasih.
KATA MAAF UNTUK MANDA
Sore itu, aku masih duduk di sebuah kursi tua di tepi danau cinta. Aku tak tau nama danau itu, akan tetapi karena bentuk danau itu menyerupai
hati, maka kuberi nama danau itu danau cinta.
Danau ini tidak terlalu luas, namun tentu saja lebib luas dari kolam
ikan yang ada di depan rumahku. Di
tempat inilah, aku biasa menghabiskan
waktu senja. Ibuku selalu melarangku
untuk pergi ke danau ini. Konon katanya
danau ini ada penunggunya. Memang, aku
sering merasa hawa yang aneh saat aku berada di sekitar danau ini, namun hal ini kuanggap biasa saja. Danau ini memang sering berkabut, itulah sebabnya muncul cerita-cerita aneh
tentang danau ini. Sebenarnya kalau
diperhatikan danau ini punya daya tarik tersendiri jika pandai
memanfaatkannya. Jujur, setiap aku pulang
dari danau ini perasaanku yang tadinya kacau,
berangsur-angsur menjadi tenang, seolah-olah danau ini menyerap hawa
negative dari diriku.
Mentari berangsur-angsur tenggelam. Namun, aku masih tetap duduk di kursi
ini. Tanganku masih erat memegang secarik
kertas berwarna merah muda itu. Ini
untuk kesekian kalinya aku membaca kertas ini.
Sebagian kata-katanya telah pudar, namun masih bisa dibaca. Awalnya aku tak mengerti mengapa ia
memberikan surat ini padaku, namun seiring berjalannya waktu aku tau apa maksud
dari surat ini .
Dear
Manda,
Saat
aku telah tiada berjanjilah padaku,
Kau
tidak akan pernah menghilangkannya dari wajahmu
Kau
cantik saat tersenyum
Dan
itu yang membuatku selalu mencintaimu
Aku
tak ingin buat kau bersedih
Aku
akan selalu ada di sampingmu
Meski
ragaku tak bersamamu
Yakinlah
Aku
akan selalu menjagamu dari atas sana
Percayalah
kita akan bertemu di surga
Kita
akan bahagia disana
Love
Raka
Raka
|
Aku, Teressia Manda. Sekarang aku tengah duduk di bangku kelas 3
SMA. Saat –saat yang tepat utnuk
merasakan cinta. Namun, hal ini tak berlaku bagiku, sejak kejadian
itu, kehidupanku berubah.
Satu tahun yang lalu………………
Ini adalah sekolah
baruku. Orang tuaku baru saja pindah
tugas ke Bogor, tentu saja aku ikut dengan kedua orang tuaku. Lagi pula,
aku tidak mempunyai saudara di Jakarta.
“Selamat pagi semua,
perkenalkan namaku Teressia Manda, kalian bisa panggil Manda. Aku murid pindahan dari Jakarta. Aku harap kita bisa berteman dan mohon
bantuannya. Tepuk tangan mengiringi
langkahku menuju meja. Aku duduk di…
sebelah laki-laki tampan. Kulitnya putih
, hidungnya mancung, tinggi. Aku tak
habis pikir, masih ada ya laki-laki setampan dia di kota
kecil ini.
“Hai……. Namaku
Manda, kalau kamu,” aku berusaha untuk berkenalan dan bersikap manis
padanya,” Panggil aku Raka,” jawabnya dingin tanpa menoleh sedikitpun kearah
ku. Huft… sombong sekali cowok ini. Diajak kenalan nggak mau. Kalau nggak ingat dia itu tampan, hmm…. Dah
habis dia tu.
Ngomong-ngomong, aku bicaranya terlalu formal ya. Ok,
sekarang aku akan berbicara layaknya remaja umumnya.
Selama 3 jam pelajaran ini aku memperhatikan guru
menerangkan tentang pendudukan Belanda di Indonesia. Sekarang adalah waktunya pelajaran
sejarah. Sejarah termasuk pelajaran
favoritku, sesekali jika ada hal-hal penting aku langsung
mencatatnya. Bel istirahatpun
berbunyi. Karena perutku sudah
keroncongan, aku ingin cepat-cepat sampai di kantin. Namun, kulihat Raka tetap di kelas, duduk
rapi di bangkunya dan membaca sebuah novel.
Cowok ini memang benar-benar cowok langka. Udah jarang banget gitu ya di
Indonesia, cowok tampan , cool and suka baca novel. Ckckck , pokoknya aku harus
bisa deket sama dia .
“Raka, lo gak jajan,”tanyaku.
“Buat apa lo urusin urusan
yang mestinya gak loe urus. Dan satu
lagi jangan bersikap sok manis di depan gue,” jawabnya ketus.
Seketika itu juga emosiku
naik, harga diriku serasa diinjak-injak.
“bukk…tanganku memukul
meja dengan kerasnya, sehingga seisi kelas melihatku, tapi aku tak peduli, aku
sudah terlalu sakit hati dengan makhluk ini.
“heh, lo dengar ya, gue
gak minat juga urusin urusan lo. Gue
Cuma nanyakan, emangnya salah?. Jangan
mentang-mentang lo tu cakep, lo bisa
bentak-bentak orang seenaknya. Orang
kayak lo ne mestinya gak ada di bumi ini, bikin rusuh aja. Dan satu hal lagi, gue pengen berteman sama
lo. Tapi , lo gak pernah menghargain
gue,” bentakku.
“Ooo…..jadi lo mau di
hargain, berapa? Dua puluh ribu? Nich …ambil, kalau kurang bilang aja
cemeehnya.
Plaak….
Sebuah tamparan indah
melekat di pipi, mulusnya sebelah kiri
“Ini buat omongan lo yang
kurang ajar tadi,” setelah itu aku pergi ke kantin.
Saat kembali ke kelas,
suasana hatiku masih panas. Apalagi saat
bertemu dengan si cowok sok cakep ini.
Ingin rasanya aku pulang, daripada disini, atmosfernya ga enak. Selama pelajaran berlangsung, tak satupun
materi dari guru yang bisa kuserap. Tapi aku tetap memperhatikan guru saat
menerangkan.
Teeettt……..
Bel berbunyi,
pertanda pelajaran telah berakhir dan waktu pulang telah
menanti. Akhirnya, aku bebas dari neraka
ini. Kurapikan buku-buku yang tadinya
berantakan di atas meja. Setelah ini
berdoa dan mengucapkan salam pada guru.
Tiba-tiba, sebuah tangan
menarikku, reflex ku melihat ke belakang.
Nah , ni cowok benar-benar cari mati ya,
Jelas-jelas aku lagi marah ama dia , eh, dia lancang megang tanganku.
“ Eh, lepasin donk, gue
mau pulang, atau lo mau gue tampar lagi,
tantangku.
“Gak kok, aku Cuma mau
ngomong sama kamu aja, berdua, “ tuturnya.
What’s…..??? apa tadi aku –kamu. Kena angin apa ni orang ? Perasaan hari ini
cerah-cerah aja. Hujan gak ada, awan
hitam juga nggak, petir juga nggak kedengaran, apalagi badai. Ne orang benar-benar aneh ya. Tadi ngehina sekarang baik-baik , kesambet
mungkin ya…
“ Mau ngomong apa ?
cepetan, gue nggak punya waktu ! lima menit!!!!!!!
Dia tetap diam, tak
bergeming sedikitpun, aku mulai kesal karena dari tadi dia hanya diam.
“ Lo tu mau ngomong apa
sih…? Kalo lo nggak mau ngomong, gue pulang aja dech. Masih banyak hal lain yang lebih berguna
yang bisa gue kerjain. Aku berkata
sambil perlahan menuju pintu kelas…
“ Aku minta maaf…”ia
berkata sambil berteriak.
Seketika aku menoleh. Gua menyangka lo akan nekat berkata itu. Wajahnya merah dan matanya mengeluarkan
tetesan-tetesan air mata. Dia menangis.
Ia langsung duduk dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya . Ia masih tersedu-sedu. Aku tak tega melihatnya. Ku beranikan diri untuk mendekatinya.
“kamu, kamu , kenapa
menangis ? tanyaku.
“Aku benar-benar menyesal
karena telah membuatmu marah padaku, aku tidak bermaksud begitu. Sekali lagi maafkan aku manda.”
Ini pertama kalinya dia
menyebut namaku, suaranya lembut dan hangat.
Tidak seperti tadi. Aku menemukan
sosoknya yang lain, yang lembut dan penuh kasih sayang.
“Aku ….tidak bermaksud
berkata seperti itu kepadamu, tapi jujur aku sedang banyak masalah, tuturnya.
“ Kalau kuu mau, kau bisa
menceritakannya padaku, siapa tau, dengan kau menceritakannya bisa mengurangi
beban pikiranmu,” kataku berusaha meyakinkan.
Awalnya ia tampak
ragu-ragu, namun akhirnya ia mau juga menceritakannya padaku.
Singkat cerita, ia
menceritakan semuanya padaku. Dari
sanalah aku tau, Raka adalah seorang anak dari keluarga broken home. Hidupnya menjadi tak terurus saat kedua orang
tuanya bercerai. Ia diasuh oleh
neneknya. Namun dua hari yang lalu
neneknya meninggal. Satu-satunya orang
yang ia sayangi telah meninggalkannya.
Karena itulah yang menjadikannya pribadi yang dingin dan tidak ramah. Padahal sebenarnya dia anak yang baik, sopan,
dan ceria. Namun, pengalaman hidup
membuatnya kehilangan segala kebahagian tersebut. Sejak kejadian itu kami berdua mulai
dekat. Hari demi hari kami lewati
bersama. Namun , kami masih dalam
hubungan teman.
Namun akhir-akhir ini, aku
merasakan hal yang aneh bila berada didekatnya.
Rasa yang tak biasa ku alami sebelumnya apakah mungkin aku jatuh cinta
pada Raka? Tapi, apakah Raka punya
perasaan yang sama padaku? Aku tak mau
terlalu berharap padanya karena apabila aku tidak mendapatkan harapan tersebut,
tentu aku akan sangat kecewa.
Tidak terasa sudah satu
bulan kujalani cinta yang indah dengan Raka.
Ia begitu romantic. Namun itu
hanya berjalan selama 1 bulan. Setelah
itu ia juga jaga jarak denganku, entah apa sebabnya. Aku sama sekali tidak mengerti. Muncul pikiran-pikiran aneh tentangnya.
Sudah satu minggu ini dia
tak masuk sekolah, Aku mulai cemas jangan-jangan dia sakit. Namun, saat aku tiba dirumahnya, tidak ada
siapa-siapa , rumahnya sepi. Aku Tanya
kepada tetangganya. Tetangganya berkata
bahwa Raka masuk rumah sakit. Saat itu
juga aku langsung memacu jazzku kerumah sakit.
Setibaku di kamarnya, aku melihat seorang gadis tengah menyuapinya
makan, tampak mesra. Dadaku seperti di
robek-robek, tanpa kusadari bulir-bulir
air mata jatuh membasahi pipiku.
Aku berlari
sekencang-kencangnya. Terdengar dari
belakang Raka memanggil-manggilku. Aku tak peduli lagi, aku benci Raka, aku benci.
Keesokan harinya,
perempuan yang kemarin aku lihat,” Bisa kita bicara sebentar,” katanya.
Aku hanya menurut. Mungkin kau sudah salah paham tentang yang
kemarin. Perkenalkan , namaku Sucia
Aditya, aku kakak kandungnya Raka. Aku
sangat terkejut dengan pengakuan wanita itu,” Kemarin kebetulan aku bertemu dengan
Raka, sudah 11 tahun kami tak bertemu.
Aku benar-benar merindukan adik semata wayangku itu. Kau tau? Raka tengah berjuang melawan
penyakit yang kini tengah dideritanya.
Namun, karena melihatmu menangis, kondisinya bertambah buruk dan dokter
tidak bisa menyelamatkannya lagi. Ia
baru dikuburkan pagi ini. Untuk itu aku
kesini atas amanah Raka, meluruskan kesalahpahaman kemarin,” tuturnya.
Dadaku remuk, nafasku
sesak, kepalaku sakit, air mataku terus mengalir , aku menyesal ,a aku terlalu
egois.
“Antarkan aku ke makamnya.
“Setibanya di makam Raka,
aku menangis, tanahnya masih basah, bunga-bunganya pun masih segar.” Raka, aku
minta maaf, karena tidak ada di sampingmu saat kau sedang sakit. Aku benar-benar menyesal karena tidak menghiraukannya
kemarin. Andai saja, aku mendengarkan
pasti kau masih ada disisiku.” Aku masih
menangis diatas gundukan tanah itu. Ini
surat untukmu,” aku terlambat memberikannya.
Hmm….
Sudah terlalu lama rupanya
aku melamun disini. Melamun memikirkan
kesalahanku di masa lalu. Memikirkan
kata maaf yang belum sempat aku ucapkan.
Saat aku berdiri untuk
pulang, tiba-tiba hawa dingin menyelimutiku.
Tampak sebuah sosok yang sangat kurindukan, yaitu Raka. Aku berlari kesana. Raka masih tersenyum. Namun, saat aku ke sana Raka sudah tidak
ada. Hanya kabut putih yang ada disana,
itu hanya halusinasiku. Saat aku
berbalik, terdengar sayup-sayup,” Aku memaafkanmu Manda, sekarang hapus air
matamu dan tersenyumlah,”
Itu suara Raka, Aku janji
Raka, tidak akan menangis lagi,” danau ini memang ajaib. Terima kasih.